Surabaya – Demokrasi bukanlah sebuah hadiah yang datang begitu saja, melainkan sebuah perjuangan yang harus terus-menerus diupayakan. Demokrasi dapat mengalami kemunduran atau bahkan keruntuhan apabila tidak dirawat dan dikawal dengan baik.
Hal tersebut disampaikan oleh Ilmuwan politik Prof. Ikrar Nusa Bhakti dalam acara Seminar HUT ke-52 PDI Perjuangan bertemakan “Perjalanan Panjang Serta Berliku Merawat dan Mengawal Demokrasi” bertempat di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, Sabtu (11/1/2025).
Prof. Ikrar Nusa Bhakti mengapresiasi berbagai langkah politik yang konsisten dilakukan PDI Perjuangan, yang berani terus merawat dan mengawal demokrasi di tengah gempuran isu-isu politik yang menerpanya. Selain itu sejarah membuktikan PDI Perjuangan sebagai partai yang berasal dari fusi beberapa organisasi berhasil menjadikannya sebagai partai yang dapat diterima berbagai kalangan masyarakat
“PDIP satu-satunya partai yang melebur dari berbagai suku agama secara merata. Itulah partai yang bisa bertumbuh dan berkembang,” ucap Prof. Ikrar.
Prof. Ikrar memberikan pesan kepada seluruh kader PDI Perjuangan agar tidak lupa kepada garis dari marhaenisme Soekarno. Pesan ini dia sampaikan mengingat berbagai tantangan politik di masa mendatang yang akan menjadi lebih berat.
“Ideologi marhaenisme itulah yang akan menjadikan PDI Perjuangan survive. Oleh karena itu, maka masa depan partai akan menjadi sangat penting,” ujarnya.
Dalam perkembangan jaman, dia juga mengimbau agar partai politik mampu menjadi wadah bagi para generasi muda untuk turut aktif dan berkembang. Mengingat 5 tahun mendatang akan makin banyak generasi muda yang memiliki hak memilih.
“Yang namanya anak muda itu harus benar-benar diutamakan. Kalau partai tidak melakukan regenerasi dalam rekruitmen anak muda, maka akan sulit untuk maju dan bertahan di masa depan,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut Prof. Ikrar juga menyampaikan salut atas hasil yang didapatkan PDI Perjuangan dalam Pilpres dan Pilkada 2024, dimana PDI Perjuangan melawan koalisi besar yang dekat dengan pemerintah dan menekankan bahwa apabila partai mau dipercaya oleh rakyat, maka harus tetap melayani rakyat, agar terus dapat dipercaya oleh masyarakat.
“PDIP yang katanya anjlok justru jadi pemenang di tahun 2024. Banteng bisa mengalahkan KIM yang memiliki jumlah partai lebih banyak,” tegasnya.
Meski PDIP menempatkan dirinya layaknya oposisi, Prof. Ikrar pun juga mengimbau agar PDI Perjuangan untuk tetap memberikan dukungan kepada Presiden Prabowo. Menurutnya, hal tersebut senada dengan pidato politik yang disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan pada ulang tahun ke-52 kali ini.
Akan tetapi, Prof. Ikrar menegaskan bahwa dirinya secara pribadi masih belum mempercayai sosok Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Dukunglah pemerintah Presiden Prabowo tapi jangan menjadi bagian dari pemerintah Presiden Prabowo. Saya tidak menyebutkan Gibran karena memang pak Prabowo Subianto-lah yang memiliki legitimasi yang kuat. Masyarakat sipil seperti saya masih belum memiliki kepercayaan bahwa Gibran memiliki apa yang disebut dengan dukungan yang memang cukup baik, mengingat ia menjadi calon Wakil Presiden melalui perubahan-perubahan yang ada di Mahkamah Konstitusi,” sebutnya.
Pada penutupan acara, Prof. Ikrar mengapresiasi kembali sosok Ketua Umum PDI Perjuangan yang konsisten dalam menegaskan pentingnya merawat dan mengawal demokrasi di Indonesia.
“Saya berani mengatakan sejak Megawati menjadi Ketua Umum, di situlah demokrasi kita berjalan dan partai bisa bertahan,” pungkasnya.
(Aro)