siginews-Timur Tengah – Perang antara Israel dan Iran semakin memanas di minggu kedua ini. Jumat (20/6), Israel kembali melancarkan serangan udara ke Iran. Sementara itu, di tengah rumor Presiden Donald Trump yang mempertimbangkan keterlibatan militer AS, upaya diplomatik baru sedang berlangsung dengan kedatangan menteri luar negeri Iran di Jenewa untuk pembicaraan.
Trump sebelumnya dikabarkan mempertimbangkan menyerang fasilitas pengayaan uranium Fordo milik Iran yang dijaga ketat. Ia akan memutuskan dalam dua minggu apakah militer AS akan ikut terlibat langsung dalam perang, di tengah “peluang besar” untuk memulai kembali negosiasi program nuklir Teheran.
Menteri luar negeri Inggris melaporkan pertemuan di Gedung Putih dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan utusan Steve Witkoff untuk membahas kesepakatan yang bisa meredakan konflik.
Iran Menolak Negosiasi di Tengah Agresi
Sebelum terbang ke Jenewa, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan negaranya “tidak mencari perundingan dengan siapa pun” selama serangan Israel terus berlanjut. Ia menuduh AS bekerja sama dengan Israel, menyoroti penggunaan kata “kita” oleh Trump dalam unggahan media sosial terkait serangan ke Iran.
“Amerika-lah yang menginginkan perundingan,” katanya dalam siaran televisi pemerintah Iran pada Jumat. “Kami telah mengirim pesan beberapa kali yang sangat serius tetapi kami menjelaskan dengan tegas kepada mereka bahwa selama agresi dan invasi ini terus berlanjut, sama sekali tidak ada ruang untuk perundingan atau diplomasi. Kami terlibat dalam pembelaan diri yang sah, dan pembelaan ini tidak akan berhenti dalam keadaan apa pun.”
Araghchi memperkirakan perundingan di Swiss hanya akan fokus pada program nuklir Iran, menegaskan kemampuan rudal Iran adalah “untuk mempertahankan negara” dan tidak untuk dibahas.

Sementara sekutu AS, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan diplomat tinggi Eropa di Jenewa akan mengajukan “tawaran negosiasi yang komprehensif, diplomatik, dan teknis” kepada Iran. Ini adalah respons utama terhadap “ancaman” program nuklir Iran.
“Tidak seorang pun dapat dengan serius mempercayai bahwa ancaman ini dapat dihadapi hanya dengan operasi (Israel) saat ini,” kata Macron, menekankan perlunya menguasai kembali program nuklir Iran melalui keahlian teknis dan negosiasi.
Iran sebelumnya setuju membatasi pengayaan uranium dan mengizinkan inspeksi internasional berdasarkan kesepakatan 2015. Namun, setelah Trump menarik AS, Iran mulai memperkaya uranium ke tingkat lebih tinggi dan membatasi akses fasilitasnya.
Israel Perluas Target Serangan Udara
Israel mengatakan pada Jumat pagi bahwa mereka melancarkan serangan udara di Iran dengan lebih dari 60 pesawat, menghantam apa yang disebutnya sebagai lokasi industri untuk memproduksi rudal. Israel juga mengklaim menyerang markas besar Organisasi Inovasi dan Riset Pertahanan Iran (SPND), yang dikaitkan AS dengan penelitian terkait pengembangan senjata nuklir.
Serangan udara Israel juga menargetkan wilayah sekitar Kermanshah dan Tabriz di Iran barat, di mana 25 jet tempur menyerang “komponen infrastruktur peluncuran dan penyimpanan rudal” pada Jumat pagi. Laporan tembakan antipesawat juga terdengar di wilayah tersebut.
Iran belum mengakui kerugiannya atau membahas kerusakan pada militernya selama perang seminggu ini. “Kami memperkuat kontrol udara di kawasan tersebut dan meningkatkan serangan udara kami,” kata juru bicara militer Israel Brig. Jenderal Effie Defrin.
Lanjutnya, “Kami memiliki lebih banyak lokasi untuk diserang di Teheran, Iran bagian barat, dan tempat-tempat lainnya.”
Media Iran melaporkan serangan udara Israel juga mencapai kota Rasht di Laut Kaspia. Militer Israel telah memperingatkan masyarakat untuk mengungsi dari area sekitar Kota Industri Rasht, namun karena internet Iran terputus, tidak jelas berapa banyak yang menerima pesan tersebut.
(Editor Aro)