siginews-Washington – Baku serang Israel-Iran selama 12 hari telah menelan banyak korban dan menghabiskan milyaran dollar yang mengakibatkan kedua belah pihak harus menerimanya.
Melihat dampak bagi Iran, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, langsung menelepon Presiden Trump setelah serangan Iran ke Al-Ubeid. Menurut Perdana Menteri Qatar, momen itu jadi krusial.
“Ada kesempatan selama komunikasi ini untuk mengumumkan gencatan senjata penuh di semua lini, dan otoritas AS meminta Qatar untuk menghubungi otoritas Iran guna mengetahui seberapa siap mereka untuk gencatan senjata,” jelas Perdana Menteri.
Ini menegaskan bahwa strategi Trump melibatkan Qatar sebagai jembatan diplomatik untuk menghentikan konflik.
Kronologis Trump Sepakati Genjatan Senjata
Dalam 48 jam yang penuh ketegangan, Presiden Donald Trump menunjukkan gejolak emosi luar biasa saat sebuah gencatan senjata rapuh antara Israel dan Iran nyaris gagal namun akhirnya berhasil. Ia secara terbuka mengecam kedua belah pihak demi tercapainya kesepakatan.
Upaya Trump ini didukung para pembantu dan sekutu Qatar, yang melihat kesempatan setelah Teheran memberi “balasan” minimal pasca-serangan AS terhadap tiga situs nuklir utamanya. Bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, 12 hari pemboman telah cukup untuk mengumumkan bahwa program nuklir Iran telah berkurang.
“Ini adalah perang yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi itu tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi!” tegas Trump saat mengumumkan gencatan senjata.
Netanyahu Kurang Antusias
Kesepakatan ini berawal Minggu pagi, tak lama setelah militer AS menghantam situs nuklir Iran. Trump langsung menelepon Netanyahu, menegaskan AS tak akan menyerang lagi dan sudah waktunya kembali berunding. Ia juga menekankan AS sudah melenyapkan ancaman dari Iran. Netanyahu, meski tak antusias, memahami posisi Trump.
Pada saat yang sama, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, berbicara langsung dengan Menlu Iran Abbas Araghchi, mendesak Iran kembali ke meja perundingan. Witkoff mengingatkan bahwa Iran telah melihat kekuatan militer AS dan bahwa AS menginginkan perdamaian.
Donald Trump Tersenyum dengan Hasil Kesepakatan Israel-Iran
Hanya dalam waktu kurang dari 48 jam, Presiden Donald Trump gembar-gembor di media sosialnya bahwa “Gencatan Senjata Total” antara Israel dan Iran telah tercapai. Trump yakin, kesepakatan ini murni tentang penghentian tembak-menembak, tanpa embel-embel soal nuklir atau ekonomi Iran, karena menurutnya, kemampuan nuklir Teheran sudah lumpuh.
Namun, di tengah euforia Trump, pihak Israel dan Iran justru bungkam seribu bahasa. Tak ada pernyataan resmi dari kedua negara yang mengiyakan klaim Trump tersebut.
Baru kemudian, Menlu Iran Abbas Araghchi buka suara. Ia mengakui memang ada proses menuju kesepakatan, tapi tegas membantah sudah ada tanda tangan. “Sampai saat ini, tidak ada ‘kesepakatan’ mengenai gencatan senjata atau penghentian operasi militer,” ujar Araghchi di X,
Seraya menambahkan syarat mutlak. “Namun, dengan catatan rezim Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran paling lambat pukul 4 pagi waktu Teheran, kami tidak berniat untuk melanjutkan respons kami setelahnya.” Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa gencatan senjata versi Iran belum sefinal klaim Trump.
Saat Trump mengumumkan gencatan senjata, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersikeras di media sosial bahwa Iran tidak akan menyerah. Perannya dalam kesepakatan itu masih buram.
Kontras, Benjamin Netanyahu dari Israel tetap bungkam selama lebih dari delapan jam. Ia baru mengonfirmasi penerimaan gencatan senjata dan tercapainya tujuan perang Israel setelah klaim Trump.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyebut upaya gencatan senjata mendapat dorongan setelah serangan balasan Iran terhadap pangkalan AS di Qatar pada Senin malam.
Dari 14 rudal Iran, 13 berhasil dijatuhkan. Trump bahkan mengklaim bahwa Iran memberi peringatan sebelum serangan, memungkinkan AS dan Qatar mengamankan diri dan membersihkan wilayah udara.
(Sumber AP/Editor Aro)