siginews-Madiun – Sungguh malang dialami anak laki-laki (15) pelajar Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan memiliki prestasi sebagai Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera) dari salah satu wilayah di Kabupaten Madiun ini terancam dibui.
Pada Kamis (8/5/2025) sore sekitar pukul 15.30 Wib lalu, pelajar berusia 15 tahun ini memiliki prestasi di bidang Paskibra. Boleh dibilang anak desa ini patuh pada ibunya. Ketika dia diperintahkan ibunya untuk menggiling padi ke tempat penggilingan padi di kampungnya, pelajar yang juga aktif di kegiatan pramuka itu mentaatinya. Sebanyak dua kali, dia bolak-balik membawa gabah dari rumah ke tempat penggilingan.
Sialnya, setelah hendak kembali ke rumah setelah dari tempat penggilingan padi yang kedua kalinya, anak yang memiliki tinggi sekitar 175 cm ini bertemu dengan nenek Sinem, tetangganya yang dikenal sering berbuat ulah ke warga sekitarnya.
“Saya dua kali menggiling padi. Yang kedua kalinya, saya dicegat Mbah Sinem,” kata laki-laki pelajar tersebut saat bincang-bincang dengan siginews.com, pada Kamis (10/7/2025).

Dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Nopol AE-5080-IF milik ayahnya, pelajar tersebut terkejut ketika nenek Sinem tiba-tiba berusaha menghadang laju motornya dengan mendorong sebuah gerobak tangan atau gerobak dorong (satu roda) berisi kotoran sapi ke arah laju motornya.
“Terus saya berhenti. Saya teriakin, ‘maksudnya apa?’,” kata pelajar tersebut.
Pelajar MTs yang pernah mewakili Kabupaten Madiun mengikuti lomba Paskibra di tingkat Madiun, Provinsi Jawa Timur hingga nasional ini terkejut ketika nenek berusia sekitar 60 tahun itu tiba-tiba melempar teletong (kotoran sapi) ke arahnya hingga mengenai bagian muka, tubuh dan sepeda motornya.
“Mbah Sinem melempari saya kotoran sapi mengenai muka saya, tubuh saya dan sepeda motor saya. Saya nggak terima, saya dekatin. Dia mau mengambil batu, berusaha saya halau, Mbah Sinem tersenggol dan terjatuh ke selokan. Terus dia teriak-teriak sambil melempari saya pakai batu. Saya berlari sambil mendorong sepeda motor saya ke arah rumah,” tutur pelajar yang rumahnya berjarak sekitar 15 meter dari rumah Nenek Sinem.

Nenek Sinem pun terus mengomel. Bahkan mengejar pelajar yang terkenal kalem ini hingga di depan rumahnya. Ibu pelajar yang berada di rumahnya pun ketakutan melihat anaknya berlumuran kotoran sapi dan melihat nenek Sinem terus berteriak, hingga terjatuh dengan sendirinya di depan rumahnya pelajar itu.
“Saya lihat Mbah Sinem terjatuh sendiri. Jarak saya dengan Mbah Sinem masih jauh, sekitar 5 meteran,” kata Nur Sahid (47), ayah dari pelajar tersebut.
Nur Sahid menegaskan, dirinya tidak mengetahui secara pasti kejadian yang menimpa putra pertamanya itu dengan Mbah Sinem-tetangganya sendiri.
“Saya tahunya sudah sampai di rumah, mamanya anak saya teriak ‘Ayah ini gimana, ayah ini gimana’,” katanya.
Buruh tani saat tiba di depan rumahnya, langsung melihat kondisi yang menimpa pada putranya. Nur Sahid yang sehari-hari bekerja menjadi buruh tani ini terus menuju ke arah rumahnya. Ibu pelajar itu pun terus berujar ‘Ini gimana anakmu, ini gimana anakmu’,.
“istri saya mengatakan, ‘Ini gimana anakmu, ini gimana anakmu’. Kemudian saya lihat kondisi anak saya. Saya lihat tidak ada luka-luka. Tapi baju, mukanya banyak kotoran sapi. Kemudian saya suruh masuk untuk membersihkan diri dari kotoran sapi,” terangnya.
ketika di teras rumah, Nur Sahid melihat Nenek Sinem terlihat mengomel-ngomel sambil berjalan ke arah barat. “Saya nggak terima. Saya mau melapor (ke kepolisian),” ujar Nur Sahid menirukan omelan Nenek Sinem.

Dari informasi yang dihimpun, Nenek Sinem berjalan dari rumahnya menuju ke Polsek Dolopo jaraknya sekitar 6 kilometer. Saat di polsek, petugas polsek mengundang kepala dusun, kepala desa, tetangga Nenek Sinem maupun tetangga pelajar itu.
“Sudah dimediasi. Yang hadir, ada saya, ada kepala desa, ada sekretaris desa, semua pihak, juga ada pihak keluarganya Bu Sinem dan keluarganya terlapor. Kami berupaya untuk mendamaikan. Di satu pihak, keluarganya Bu Sinem ketika proses saling memaafkan, katanya dimaafkan. Tapi proses tentang pengeroyokan terus berlanjut,” ujar Titis R, kepala dusun yang membawahi wilayah tempat tinggal tetangga yang berseteru itu.
Seiring berjalannya waktu, Nur Sahid ayah dari pelajar MTs itu mendapatkan surat dari Sat Reskrim Polres Madiun. Surat tersebut perihal : Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan , Nomor : B/53/SPDP/VI/RES.1.6/2025/Satreskrim, tertanggal Madiun, 23 Juni 2025. Surat yang ditandatangani Kasat Reskrim Polres Madiun Ajun Komisaris Polisi (AKP) Agus Andi Anto Prabowo itu juga mencantumkan surat rujukan diantaranya, Laporan Polisi nomor : LP/B/35/VI/2025/SPKT/POLRES MADIUN/POLDA JATIM, tanggal 23 Juni 2025. Juga tertera rujukan Surat Perintah Penyidikan Nomor: Sp.Sidik/53/VI/RES.1.6./2025/Satreskrim, tanggal 23 Juni 2025.
Dalam Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan itu juga diterangkan, Sehubungan dengan rujukan diatas, diberitahukan kepada Kepala, bahwa pada hari Senin tanggal 23 Juni 2025 telah dimulainya penyidikan dugaan Melakukan Penyelidikan, Penangkapan, Penggeledahan, Penyitaan, dan Penyidikan dugaan tindak pidana penganiayaan dan pengeroyokan korban bernama Sinem, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 KUHP, yang terjadi pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2025 sekira pukul 15.30 Wib di pinggir Jalan Raya turut masuk (red, kampung halaman pelapor dan terlapor) di Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, atas nama terlapor (red, identitas pelajar kelas VIII MTs itu).
(jrs)