siginews-Tulungagung – Para pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Tulungagung menggelar silaturahim dalam rangka syukuran HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Pondok Pesantren Al Hikmah, Selasa (26/8).
Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat ukhuwah islamiyah dan menyepakati pembentukan wadah silaturahim permanen yang diberi nama WASKITA (Wahana Silaturahim Kiai Tulungagung).
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah, KH. Gus Hadi Muhammad Mahfudz, menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk saling berbagi dan menguatkan.
“Silaturahim ini gayeng-gayengan. Di antaranya untuk mengirim do’a pada para pahlawan kemerdekaan atau sebelumnya dan sesudahnya,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya silaturahim ini untuk mengukuhkan kembali pandangan Mbah Yai Ahmad Sidiq bahwa NU adalah pesantren besar, sedangkan pondok pesantren adalah NU kecil.
“Silaturrahim juga untuk menyepakati pandangan Mbah Yai Ahmad Sidiq bahwa NU adalah pesantren besar sedangkan pondok pesantren adalah NU kecil. Shilaturrahim ini kali juga berharap untuk mengokohkan wadah shilaturrahim agar bermanfaat untuk ummat,” jelasnya.
Waspada Provokasi Medsos dan Sinergi untuk Umat
Dalam pertemuan tersebut, KH. Mahrus Maryani dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Ngunut mengingatkan para kiai untuk tidak mudah terprovokasi oleh berita dan adu domba di media sosial.
“Sebaiknya tidak larut segala adu domba di medsos,” pesannya, menekankan pentingnya sikap kehati-hatian dan tabayyun.
Para kiai yang hadir sepakat bahwa silaturahim adalah kunci untuk membangun sinergi pesantren dalam menghadapi persoalan di masyarakat.
Dengan sikap bijaksana, pesantren diharapkan dapat menjadi teladan ukhuwah di tengah perpecahan sosial.
Pertemuan ini juga menghasilkan kesepakatan bahwa WASKITA akan mengadakan silaturahim rutin sebanyak tiga kali setahun, yaitu saat perayaan Kemerdekaan, Hari Santri, dan bulan Muharram.
Untuk melengkapi kepengurusan, dibentuk tim formatur yang terdiri dari KH. Abdur Rouf, KH. Anang Muhsin, KH. KH. Zuhri Munawar, Kyai Thoha Maksum, dan KH. Syafi’o Muharom.
(Editor Aro)