siginews-Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada musisi legendaris asal Surabaya, Soedjarwoto Soemarsono atau yang dikenal dengan nama Gombloh.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi tertinggi dari negara atas dedikasi dan kontribusi Gombloh dalam memajukan seni dan budaya bangsa.
Penganugerahan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 77/TK/Tahun 2025 yang ditetapkan pada 25 Agustus 2025. Meskipun telah wafat pada 9 Januari 1997, karya-karya Gombloh tetap hidup dan relevan, menjadikannya ikon musik yang tak lekang oleh waktu.
Gombloh, Sang Seniman Rakyat dan Musisi Legendaris dengan Karya Abadi
Nama Soedjarwoto Soemarsono, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Gombloh, mungkin tak asing di telinga para pecinta musik Indonesia.
Meskipun telah berpulang, musisi asal Surabaya ini tetap hidup melalui karya-karyanya yang sarat makna dan dekat dengan kehidupan rakyat.
Lagu-lagunya tidak hanya menghibur, tetapi juga merekam potret sosial, kritik, dan nasionalisme dengan sentuhan humor yang khas.
Gombloh lahir di Jombang pada 14 Juli 1948, namun dibesarkan di Surabaya. Ia mengawali kariernya dengan membentuk grup band Lemon Tree’s di tahun 1970-an.
Berbeda dari kebanyakan musisi saat itu yang berkiblat ke musik Barat, Gombloh justru menciptakan lagu-lagu dengan lirik yang lugas dan melodi yang sederhana, mudah dicerna, dan disukai masyarakat luas.
Beberapa lagu ciptaannya menjadi hits sepanjang masa, di antaranya “Setengah Gila”, “Kebyar-Kebyar”, dan “Berita Cuaca”. Lagu “Kebyar-Kebyar” yang dirilis pada tahun 1979.
Hingga kini masih sering diputar sebagai lagu kebangsaan kedua, terutama saat momen-momen perayaan kemerdekaan. Liriknya yang membakar semangat nasionalisme membuat lagu ini tak lekang oleh waktu.
Karya Gombloh sangat kental dengan identitasnya sebagai “seniman rakyat”. Ia tak segan mengangkat isu-isu sosial dan politik dalam lagu-lagunya.
Hal ini menjadikannya salah satu musisi terdepan dalam genre musik yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media penyampai pesan.
Pada 9 Januari 1997, Gombloh mengembuskan napas terakhirnya di Surabaya. Meskipun demikian, warisan musiknya tetap abadi.
Ia meninggalkan jejak yang dalam di industri musik Indonesia, membuktikan bahwa karya yang tulus dan jujur akan selalu dikenang.
Atas jasa-jasanya dalam bidang seni dan budaya, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Gombloh.
Penghargaan ini menjadi pengakuan tertinggi dari negara atas dedikasi dan kontribusinya dalam memperkaya khazanah budaya bangsa.
Gombloh adalah contoh nyata bahwa seorang seniman bisa menjadi pahlawan, bukan dengan senjata, melainkan dengan harmoni dan kata-kata.
(Editor Aro)