Surabaya – Di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda hewan ternak di Jawa Timur, Suyatno, seorang peternak sapi di kawasan Sidorejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, memiliki cara jitu untuk melindungi ternaknya, dengan mengandalkan ramuan dari leluhurnya untuk melawan penyakit mulut dan kuku sapi.
Dengan pengalaman 28 tahun sebagai peternak, Suyatno percaya bahwa kebersihan kandang sapi, menjaga kesehatan sapi agar tidak setres adalah kunci utama pencegahan PMK.
“Saya selalu menjaga kebersihan kandang sapi saya. Selain itu, sapi-sapi saya dimandikan dua kali sehari, dipijat, dan dimanjakan agar tidak stres,” ujar Suyatno, Minggu (5/1/2025).
Ia menyakini bahwa, stres dapat menjadi pemicu sapi menolak makan, yang pada akhirnya membuat mereka rentan terhadap PMK.
Suyatno menambahkan, ada senjata rahasia yakni ramuan jamu leluhur yang dipercaya mampu menangkal virus PMK.
“Ramuan ini terbuat dari berbagai rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan rempah lainnya. Saya percaya ramuan ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh sapi dan membantu mereka melawan virus PMK,” terangnya.
Sapi-sapi milik peternak dari Pakal Surabaya ini telah divaksin. Meski demikian, Suyatno tetap memberikan ramuan jamu kepada sapi ternaknya sebagai langkah tambahan menjaga kebugaran sapi dan terhindari dari PMK.
“Saya tidak mau hanya mengandalkan vaksin saja. Saya percaya bahwa ramuan leluhur ini dapat membantu sapi-sapi saya tetap sehat,” ujarnya.
Ditanya mengenai, apakah ramuan tersebut sudah dilakukan peneletian secara ilmiah. Suyatno mengakui bahwa, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan khasiat ramuan jamu leluhur ini dalam melawan PMK. Namun, ia tetap yakin dengan khasiatnya berdasarkan pengalaman turun temurun.
“Saya sudah menggunakan ramuan ini selama bertahun-tahun dan syukur sapi-sapi saya selalu sehat,” jelas Suyatno.
Kisah Suyatno ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi PMK, para peternak di Surabaya masih memegang teguh tradisi dan kearifan lokal dalam menjaga kesehatan ternak mereka.
Ramuan jamu leluhur Suyatno meskipun belum teruji secara ilmiah, namun menjadi bukti bahwa pengetahuan tradisional masih memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan hewan ternak.
(jrs)