Surabaya – Sebanyak 65 penyandang disabilitas dari berbagai wilayah Jawa Timur, termasuk Malang, Banyuwangi, Pasuruan, dan Bangkalan, mengikuti Workshop Videografi dan Fotografi yang diselenggarakan Kadin Jatim bersama artO Community di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Minggu (19/1/2025).
Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan skill pelaku usaha dan pemasaran termasuk para wirausahawan disabilitas yang kini semakin maju.
Menurut Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, penyandang disabilitas memiliki kesempatan setara dalam mengembangkan potensi diri dan usaha mereka
“Kami berfikir bahwa teman-teman penyandang disabilitas atau inklusi ini memiliki kesempatan dan peluang yang sama dengan kita, tinggal bagaimana kita mengartikulasikan kelebihan dan keterbatasannya. Oleh karena itu, peluang harus kita buka untuk teman-teman inklusi ini, salah satunya melalui pelatihan terkait dengan videografi,” kata Adik Dwi Putranto.
Adik berharap bisa membantu penyandang disabilitas yang telah mempunyai usaha untuk bisa memasarkan produk mereka dengan mudah di platform media sosial.
“Target kami mereka bisa memasarkan produknya di media sosial, di tik tok, di IG atau Facebook. Ini adalah gelombang pertama yang nantinya akan ada gelombang-gelombang berikutnya,,” tuturnya.
Sementara, Founder artO Community, Dewi Mustika, mengatakan workshop videografi penting bagi pengusaha disabilitas untuk naik level karena dunia usaha kini ada di media online.
“Apalagi pesan yang disampaikan lewat video lebih mudah dicerna daripada lewat tulisan. Ide ini kemudian ditangkap oleh Ketum Kadin Jatim bapak Adik Dwi Purwanto sebagai terobosan dan akan menjadi pilot project untuk kawan-kawan disabilitas naik level,” kata Dewi.
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Rehsos Dinas Sosial Provinsi Jatim, Muchammad Arif Ardiansyah, memuji ketahanan dan semangat tinggi para pelaku usaha penyandang disabilitas.
“Ini adalah praktik baik dan akan menjadi pilot projek khusus untuk teman disabilitas dalam rangka meningkatkan level kapasitas mereka. Tentunya ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa disabilitas Jatim tidak mau menggunakan paradigma lama program charity atau program sosial perusahaan. Mereka ingin berkontribusi dalam ekonomi Jatim,” pungkas Muchammad Arif Ardiansyah.
(Aro)