Tokyo – Harga minyak mentah Brent turun 20 sen AS menjadi 74,59 dolar AS per barel pada hari Senin (27/5/2024). Penurunan ini merupakan yang keempat kalinya secara berturut-turut, di tengah optimisme pasar terhadap potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Kesepakatan tersebut diperkirakan dapat mengurangi sanksi yang berdampak pada pasokan minyak global.
Selain itu, kekhawatiran akan perang tarif dan perlambatan ekonomi global juga menjadi faktor pendorong penurunan harga minyak. Perang tarif dikhawatirkan dapat menurunkan permintaan energi.
Harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) kembali melemah pada hari Senin, dengan penurunan sebesar 23 sen menjadi 70,51 dolar AS per barel. Ini merupakan penurunan keempat berturut-turut, dengan total kerugian mencapai 3,8%.
Sebelumnya, pada hari Senin, harga WTI sempat menyentuh level terendah sejak akhir tahun lalu di angka 70,12 dolar AS per barel.
Di tengah penurunan harga minyak ini, muncul harapan baru terkait potensi penyelesaian damai antara AS dan Rusia terkait konflik Ukraina.
Presiden AS Donald Trump telah menyatakan kesiapannya untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas pengakhiran perang. Rencananya, pertemuan awal antara kedua negara akan berlangsung di Arab Saudi dalam beberapa hari ke depan.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga mengatakan pada hari Minggu bahwa Ukraina dan Eropa akan menjadi bagian dari “negosiasi nyata” untuk mengakhiri perang Moskow.
Hal ini menandakan bahwa pembicaraan AS dengan Rusia minggu ini adalah kesempatan untuk melihat seberapa serius Putin terhadap perdamaian.
Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading unit Nisaan Securities mengatakan potensi gencatan senjata Rusia-Ukraina memicu harga pasar minyak mentah dunia menjadi turun.
“Pasar melemah karena prospek gencatan senjata Rusia-Ukraina dan potensi keringanan sanksi terhadap Moskow,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit Nissan Securities.
Pembatasan ekspor minyak Rusia akibat sanksi dari AS dan Uni Eropa telah menyebabkan gangguan pada pasokan minyak global, terutama melalui jalur laut. Jika sanksi ini dicabut sebagai bagian dari kesepakatan damai, ada potensi peningkatan pasokan energi secara global.
Di sisi lain, ancaman perang dagang global juga menjadi faktor yang menekan harga minyak. Perintah Presiden Trump untuk mengkaji tarif timbal balik terhadap negara-negara yang mengenakan tarif pada barang-barang AS semakin meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang. (Aro)