“Penghentian pasokan artileri AS diperkirakan tidak akan memberikan dampak sebesar sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan signifikan dalam pasokan amunisi dari Eropa, serta kontribusi langsung maupun tidak langsung dari negara-negara lain”
Kyiv – Pengiriman bantuan militer AS melalui perbatasan barat Ukraina dihentikan pada pukul 03.30 pagi waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, menghentikan bantuan tersebut pada Senin malam, menyusul perselisihan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, pada minggu sebelumnya.
Penghentian bantuan militer dari Washington tidak akan serta-merta menyebabkan runtuhnya garis pertahanan Ukraina, tetapi dapat memberikan dampak signifikan pada jalannya perang dalam beberapa bulan mendatang, terutama dalam melemahkan pertahanan udara dan kemampuan serangan presisi.
Penangguhan bantuan militer senilai $3,85 miliar yang disetujui oleh Kongres, saat Presiden Joe Biden menjabat.
“Ini cukup signifikan, tetapi dampaknya tidak sebesar pada awal perang karena Ukraina kini tidak terlalu bergantung pada bantuan militer langsung AS dibandingkan sebelumnya,” kata Michael Kofman, seorang peneliti senior di Carnegie Endowment.
Lanjutnya, “Hal itu pasti akan memengaruhi Ukraina, dan dampaknya akan menjadi lebih nyata setelah beberapa bulan karena persediaan menipis,” katanya.
Sementara, Perdana Menteri Denys Shmyhal mengatakan sistem pertahanan Patriot AS adalah satu-satunya pertahanan Ukraina terhadap rudal balistik Rusia.
“Saat ini Kyiv kesulitan mencari pengganti untuk sistem pertahanan udara canggih yang digunakan untuk menangkis serangan rudal Rusia secara rutin, dan senjata presisi seperti sistem rudal HIMARS, yang merupakan salah satu sistem serangan utama Ukraina, dengan jangkauan 70-85 km (45-55 mil),” PM Denys.
Seorang analis militer asal Ukraina, Serhii Zgurets, mengatakan pertahanan udara canggih kemungkinan akan habis lebih cepat daripada beberapa jenis senjata lainnya.
“Banyak hal akan bergantung pada intensitas pertempuran. Namun, mengingat persediaan yang telah terkumpul, hasilnya tidak akan linier,” katanya.
Ukraina Mengurangi Ketergantungan terhadap Persenjataan AS
Ukraina mulai bergantung pada bantuan militer AS setelah invasi Rusia pada Februari 2022, tetapi berhasil bertahan dari penangguhan pasokan selama berbulan-bulan pada paruh pertama tahun 2024 karena Partai Republik awalnya menolak untuk menyetujui paket bantuan utama.
Penundaan tersebut berdampak nyata di garis depan, di mana tentara Ukraina berulang kali mengeluhkan kekurangan amunisi artileri yang signifikan. Kondisi ini turut mempermudah pasukan Moskow untuk kembali menekan di garis depan, setelah serangan balik Ukraina pada tahun 2023 mengalami kegagalan.
Penghentian pasokan artileri AS diperkirakan tidak akan memberikan dampak sebesar sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan signifikan dalam pasokan amunisi dari Eropa, serta kontribusi langsung maupun tidak langsung dari negara-negara lain.
Meskipun demikian, hilangnya bantuan dari AS tetap menimbulkan kekhawatiran akan adanya potensi penurunan kemampuan pertahanan ukraina. Selain itu, kondisi ini juga dapat memicu peningkatan tekanan bagi negara-negara eropa untuk meningkatkan produksi amunisi, dan bantuan militer lainnya. Dengan demikian, penghentian bantuan ini, akan menjadi ujian bagi solidaritas negara pendukung Ukraina.
Para ahli pertahanan menyatakan bahwa Ukraina kini semakin mengandalkan pesawat tanpa awak (drone) produksi dalam negeri untuk sebagian besar operasi serangan di medan perang.
“Meskipun artileri tetap memegang peranan penting dalam pertempuran, kita menyaksikan perubahan signifikan dalam dinamika perang, yang kini berpusat pada penggunaan pesawat tanpa awak. Keberadaan artileri tetap diperlukan untuk mempengaruhi dan mengganggu pergerakan musuh, namun, pesawat tanpa awak menjadi tulang punggung dari operasi militer saat ini,” ungkap Roman Kostenko, sekretaris komite parlemen Ukraina untuk keamanan nasional, pertahanan, dan intelijen. (Aro)