Siginews-Kuala Lumpur – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyoroti respons terpadu ASEAN terhadap kebijakan tarif global Presiden Trump.
Menurutnya, pengiriman delegasi ke Washington, termasuk dari Malaysia, adalah langkah proaktif untuk memahami dan berpotensi memengaruhi implementasi kebijakan tersebut.
Dalam Konferensi Investasi Asean 2025 di Kuala Lumpur, Anwar memperingatkan tekanan signifikan pada perdagangan global.
“Mungkin ada ruang terbatas untuk meninjau kembali maksud yang mendasarinya, tetapi masih ada ruang untuk menyesuaikan penerapan kebijakan,” kata Anwar dalam pidato pembukaannya.
Lanjutnya, “Sistem perdagangan global sedang berada di bawah tekanan yang sangat kuat, lebih dari sebelumnya.”
Tarif Trump secara beragam menghantam ASEAN, dengan Vietnam (46%), Indonesia (32%), dan Malaysia (24%) menghadapi beban tertinggi.
Sebagai reaksi, Vietnam mempercepat diplomasi dengan mengirim wakilnya ke Washington, sementara Indonesia menyusul dengan delegasi tingkat tinggi.
Langkah ini mencerminkan upaya kolektif ASEAN untuk memitigasi dampak tarif terhadap perekonomian regional.
Langkah diplomatik ASEAN dalam menghadapi tarif AS terus bergulir. Thailand, melalui WPM Pichai Chunhavajira, juga akan bertandang ke AS, menggarisbawahi posisinya sebagai mitra ekonomi terpercaya.
Sementara itu, Singapura mengambil langkah antisipatif dengan membentuk gugus tugas ekonomi, menyadari potensi penurunan proyeksi pertumbuhan 2025.
ASEAN secara kolektif merespons melalui pertemuan khusus menteri ekonomi untuk memperkuat perdagangan internal.
Sedangkan Filipina menunjukkan fleksibilitas dengan memangkas tarif produk AS, sembari membuka opsi bergabung dalam respons bersama ASEAN.
Di bawah kepemimpinan Malaysia sebagai ketua, PM Anwar Ibrahim menekankan pendekatan “diplomasi lunak” dan konsensus di antara pemimpin ASEAN untuk mengirim delegasi pejabat ke Washington, membuka jalur dialog yang terkoordinasi.
“Sebagai bagian dari diplomasi lunak kami untuk melakukan pendekatan diam-diam — dan saya membangun konsensus ini di antara para pemimpin ASEAN — kami akan mengirimkan, bersama dengan rekan-rekan kami di ASEAN, pejabat kami ke Washington untuk memulai proses dialog,” kata Anwar.
Dengan catatan bahwa total perdagangan barang ASEAN mencapai $3,5 triliun, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyoroti urgensi peningkatan kolaborasi ekonomi di dalam blok tersebut.
Hal ini mencakup penyelarasan regulasi yang lebih erat, efisiensi logistik lintas negara, dan penguatan konektivitas digital.
Dalam konteks meningkatnya proteksionisme global, yang ia sebut sebagai “serbuan tarif” yang menghancurkan tatanan dunia, Anwar menekankan perlunya ASEAN untuk memperkuat ketahanan internal.
Mengingat pengalamannya sebagai Menteri Keuangan Malaysia saat krisis keuangan Asia, Anwar berpandangan bahwa tantangan terhadap multilateralisme, termasuk “tarif Trump,” adalah fenomena yang berulang.
PM Anwar menyimpulkan bahwa jika ASEAN mampu mempertahankan stabilitas, keterbukaan, pragmatisme, dan kohesi, blok ini berpotensi menjadi pilar keyakinan akan manfaat kerja sama global.
(Editor Aro)