Siginews-Surabaya – Jawa Timur menegaskan kesiapannya menjadi Gerbang Baru Nusantara. Penegasan ini disampaikan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak, dalam sosialisasi konsep tersebut pada acara Halalbihalal di Jatim Expo, Surabaya (8/4/2025).
Acara bertajuk ‘Jawa Timur, Gerbang Baru Nusantara: Dari Titik Singgah Menuju Poros Peradaban Baru’ ini menjelaskan bahwa kesiapan Jatim bukan hanya karena lokasi, melainkan kemampuannya mengelola arus komoditas dan menjadi pusat koneksi nilai.
“Jawa Timur siap berperan sebagai Gerbang Baru Nusantara, bukan karena letaknya, tapi karena kemampuannya. Berperan mengatur arus komoditas bukan sekadar menerima. Jatim siap menjadi tempat semua simpul di mana seluruh nilai terkoneksi, bergerak, dan tumbuh bersama,” jelas Emil.
Ia juga menyoroti peran Jatim saat ini sebagai pusat gravitasi ekonomi melalui Pelabuhan Tanjung Perak yang melayani sebagian besar logistik Indonesia Timur.
“Melalui Pelabuhan Tanjung Perak ini, Jawa Timur melayani 19 rute dan 39 rute tol laut, sehingga hampir 80 persen logistik di 20 provinsi Indonesia Timur disuplai dari Jawa Timur,” terangnya.
Wagub Emil menjelaskan bahwa kondisi Jawa Timur saat ini memiliki pengaruh signifikan terhadap pengembangan kawasan timur Indonesia dan IKN.
“Hal yang perlu menjadi fokus perhatian dalam hal ini antara lain, pengentasan daerah tertinggal, produksi komoditas unggulan untuk mendukung hilirisasi, penurunan ketimpangan wilayah dengan pemerataan kualitas SDM, kualitas dan kuantitas lapangan pekerjaan, infrastruktur layanan dasar, konektivitas wilayah,” jelasnya.
Beberapa fokus utama yang perlu diperhatikan adalah pengentasan daerah tertinggal, peningkatan produksi komoditas unggulan, pemerataan kualitas SDM, penciptaan lapangan kerja, pembenahan infrastruktur dasar, dan konektivitas wilayah.
Dengan demikian, Jatim berpotensi menjadi mata rantai penting ketahanan industri nasional serta pusat pengembangan sektor agrikultur, agroindustri, dan ekonomi biru.
Inti dari konsep Jatim Gerbang Baru Nusantara, menurut Emil, terletak pada pemanfaatan SDA yang dapat dipindahkan, namun yang lebih krusial adalah talenta siap pakai, teknologi efisien, dan konektivitas transportasi. Hal ini menjadikan Jatim relevan sebagai simpul utama bukan hanya karena lokasi, melainkan kemampuannya.
“Poin utama kedua ialah, Jatim berperan mengatur arus komoditas, bukan sekadar menerima sehingga hub logistik berbasis digital, gerbang ekspor melalui sistem traceability dan sertifikasi dapat terpenuhi. Ketiga, Jatim Value Chain Center, co-labelling. Keempat, SMK Kolaboratif Antarpulau. Kelima,Center of Excellence Peralatan Agroindustri-Digital,” sebutnya
Poin-poin penting lainnya dalam konsep ini meliputi peran Jatim sebagai pengatur arus komoditas melalui hub logistik digital dan gerbang ekspor, pembentukan Jatim Value Chain Center, SMK Kolaboratif Antarpulau, Center of Excellence Peralatan Agroindustri-Digital, kemitraan pembangunan yang saling menguntungkan, Eastern Commodity Exchange berbasis Surabaya/Gresik, dan visi Jatim sebagai pusat koneksi dan pertumbuhan nilai, meskipun tidak harus memiliki semua sumber daya.
“Keenam, Mitra pembangunan, bukan pesaing eksploitasi namun jejaring loyalitas dan ketergantungan fungsional. Ketujuh, Eastern Commodity Exchange berbasis Surabaya/Gresik sebagai Warehouse Receipt System Nasional, logistik maritim berbasis AI. Kedelapan, Jatim tidak harus memiliki sumber daya, tapi menjadi tempat dimana semua simpul nilai terkoneksi, bergerak dan tumbuh bersama,” sambung Emil.
Wagub Emil meyakini bahwa implementasi poin-poin kunci tersebut akan semakin memperkokoh peran Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara. Ia menegaskan betapa krusialnya pergerakan ekonomi di Jatim bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Selain memaparkan konsep strategis ini, Emil juga menyinggung sembilan misi ‘Nawa Bhakti Satya’ yang menjadi landasan kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim dalam periode kepemimpinan kedua mereka. Misi-misi tersebut meliputi Jatim Sejahtera, Jatim Kerja, Jatim Cerdas, Jatim Sehat, Jatim Akses, Jatim Berkah Amanah, Jatim Argo, Jatim Harmoni, dan Jatim Lestari.
(Editor Aro)