siginews-Jakarta – Berakhirnya tradisi mudik dan libur panjang yang biasanya mendongkrak angka hunian, kali ini diwarnai penurunan arus pelancong.
Salah satu biang keladinya adalah menyusutnya daya beli masyarakat, yang secara otomatis membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk akomodasi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, melalui laman resmi organisasi, mengungkapkan fakta pahit ini.
Ia menyatakan bahwa secara keseluruhan, tingkat okupansi hotel selama libur Lebaran tahun ini tetap lebih rendah, bahkan penurunannya mencapai 20% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun masa libur kali ini lebih panjang.
“Trennya, yang terjadi dari sisi libur Lebaran ini, kelihatannya peak (puncak) itu rata-rata hanya sampai dengan Lebaran hari ketiga. Setelah itu, berdasarkan laporan yang masuk, langsung turun okupansinya (hotel),” jelas Hariyadi.
Namun, di tengah suramnya potret industri perhotelan secara umum, RedDoorz, raksasa platform teknologi perhotelan di Asia Tenggara, justru melihat angin segar.
Mereka menangkap adanya pergeseran perilaku konsumen yang kini lebih cerdas dalam memilih akomodasi, mencari keseimbangan antara harga yang bersahabat dengan kenyamanan dan kualitas yang tetap terjaga.
Mohit Gandas, Country Director RedDoorz, mengungkapkan, para konsumen memperhatikan harga dan juga kondisi kenyamanan dan kualitas.
“Kami melihat bahwa konsumen kini semakin mempertimbangkan aspek harga dalam memilih akomodasi, tanpa mengorbankan kenyamanan dan kualitas layanan. Sepanjang periode mudik dan lebaran 2025, RedDoorz mencatat lonjakan signifikan dalam pencarian dan pemesanan sebesar 90%, yang menunjukkan tingginya kebutuhan akan opsi menginap yang terjangkau di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian,” ungkap Mohit.
Mohit menambahkan bahwa penjualan kamar RedDoorz naik hingga 20% dengan kenaikan pemesanan kamar (booking) mulai dari H-4 lebaran, atau 27 Maret 2025. “Saat itu booking di seluruh akomodasi kami mencapai 12 ribu lebih secara keseluruhan,” tambah Mohit.
Senada, Yohana Marizsa Purba, Head of Area West RedDoorz mencatat peningkatan okupansi yang signifikan di Pulau Sumatra, dengan Jambi sebagai yang tertinggi.
“Tahun ini, Jambi mencatat kenaikan penjualan kamar hingga 92% dan okupansi 102% dibandingkan tahun lalu. Lonjakan ini didorong oleh arus pemudik lintas darat menuju Sumatra Barat, menjadikan Jambi kota singgah utama untuk beristirahat. Palembang dan Medan juga mencatatkan peningkatan okupansi, masing-masing sebesar 51% dan 36%,” jelas Yohana.
Mengerti betul kebutuhan para pemudik, RedDoorz mengusung kampanye #TemanMudik sebagai strategi andalan. Melalui aplikasi mereka, para pelancong dimudahkan untuk menemukan akomodasi nyaman dengan harga bersahabat, di manapun tujuan mereka. Bahkan, untuk semakin menggairahkan pemesanan, RedDoorz tak segan memberikan potongan harga yang sangat menggiurkan, mulai dari 30% hingga mencapai 90%.
Menatap masa depan, RedDoorz berjanji akan terus menjadi solusi akomodasi yang relevan dengan denyut kebutuhan masyarakat Indonesia. Mereka juga berkomitmen untuk mendukung kelancaran mobilitas, terutama saat momen-momen penting seperti tradisi mudik dan libur panjang yang dinanti-nantikan.
(Editor Aro)