• Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
Siginews.com
  • Home
  • Indepth
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Ekbis
  • Sport
  • Lifestyle
  • Daerah
  • Indeks
Siginews.comSiginews.com
  • Home
  • Indepth
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Ekbis
  • Sport
  • Lifestyle
  • Daerah
  • Indeks
Search
  • Rubrikasi
    • Nasional
    • Pemerintahan
    • Politik
    • Ekbis
    • Hukrim
    • Hankam
    • Lifestyle
    • Jawa Timur
Have an existing account? Sign In
© 2024 - Siginews.com
Ekbis

Pala Papua Siap Jadi Bahan Parfum Dunia, Berkat Tangan Perempuan Adat

Reporter : Sigit P Senin, 5 Mei 2025
Buah Pala Papua (Foto: dok.Syifa Fauzia.kaleka/editing.aro)
SHARE

siginews-Papua – Di jantung Papua Barat yang hijau dan lebat, sebuah kisah pemberdayaan tengah dirajut oleh tangan-tangan perempuan adat. Bukan lagi sekadar hasil hutan biasa, buah pala—warisan leluhur yang kaya—kini bertransformasi menjadi komoditas bernilai tinggi, menebarkan aromanya hingga ke 8indra penciuman para maestro parfum dunia.

Di bawah kepemimpinan Mama Siti, sosok berusia 52 tahun yang gigih, para petani perempuan ini tak hanya melestarikan tradisi, namun juga gigih memperjuangkan hutan mereka sembari mengukir kesejahteraan baru bagi komunitas melalui inovasi yang berkelanjutan.

Mama Siti, dengan suara yang menyimpan kearifan lokal, menuturkan bagaimana hutan di sekitar Dusun Pala, Desa Pangwadar, Fakfak, Papua Barat, telah lama dipenuhi pohon pala. Tugas kaum lelaki, katanya, sebatas memanjat untuk memetik buah yang telah ranum.

Sementara itu, urusan pengolahan sepenuhnya berada di tangan kaum perempuan. Sebanyak 118 wanita dengan tekun membersihkan buah, memisahkan daging dan biji, lalu menjemurnya di bawah hangatnya mentari Papua.

Lebih dari sekadar petani, Mama Siti juga merupakan dewan pengawas di koperasi yang dipimpin oleh perempuan adat Papua Barat. Ia menjadi suluh, mencontohkan bagaimana keterampilan dan ketelitian perempuan dapat mengubah pala menjadi produk yang siap dipasarkan.

Bagi masyarakat adat Papua Barat, pohon pala bukanlah sekadar tumbuhan. Ia adalah representasi kehidupan itu sendiri, sebuah “penjelmaan perempuan” yang menopang keberlangsungan hidup komunitas. Sebuah tabu kuat melarang penebangan pohon-pohon ini, mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap alam. Tradisi unik pun mengiringi panen pala, sebuah ritus yang menunjukkan harmoni abadi antara manusia dan alam.

Dua bulan sebelum musim panen tiba, masyarakat adat berkumpul dalam musyawarah yang disebut “wewowo”. Di momen sakral ini, mereka melakukan upacara simbolis, “mengenakan” pohon pala dengan kebaya, busana tradisional perempuan.

Ini adalah pertanda bahwa tak seorang pun boleh memanen pala yang masih muda, yang mereka sebut “kera-kera”. Tepat sebelum panen sesungguhnya, “pakaian” simbolis itu dilepas, mengizinkan masyarakat untuk mulai memetik buah pala. Setelah panen usai, lahan dibiarkan beristirahat, memulihkan diri secara alami.

Baca Juga:  LaNyalla Apresiasi Papua Barat Daya Genjot SDM Pendidikan dan Olahraga
Mama Siti, penggerak perempuan adat papua Pala Papua (Foto: dok.Syifa Fauzia.kaleka/editing.aro)

Namun, ironi kerap menghantui. Harga jual pala yang rendah dan siklus panen yang hanya terjadi dua kali setahun seringkali menjerat para petani dalam kesulitan ekonomi. Banyak di antara mereka hanya memiliki pekerjaan musiman, berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mama Siti dengan nada prihatin menambahkan, harga pala seringkali tak menentu, mengikuti irama musim. Ketika harga anjlok, pendapatan dari pala hanya cukup untuk sekadar bertahan hidup. Usai musim panen, banyak dari mereka terpaksa mencari pekerjaan lain demi menafkahi keluarga.

“Pohon pala Tomandin bukan sekadar pohon bagi kami,” ujar seorang tetua adat dengan penuh khidmat. “Ini adalah warisan dari leluhur kami, yang hidup dari generasi ke generasi untuk memberi kami kehidupan. Saya hanya bisa mengatakan bahwa pala Tomandin adalah keajaiban bagi kami.”

Di tengah tantangan yang menghadang, secercah harapan muncul dalam wujud inisiatif bernama Wewowo Lestari, yang digagas oleh organisasi Kaleka. Program ini memiliki visi mulia: meningkatkan nilai tambah pala Papua sekaligus menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi sumber kehidupannya. Melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan, para petani perempuan diajarkan teknik pengolahan pala yang lebih modern dan efisien.

Venticia Hukom, Asisten Badan Eksekutif Kaleka, menjelaskan bahwa program ini berupaya memberdayakan petani melalui edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen secara efisien.

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik diterapkan di setiap tahapan produksi, mulai dari pengumpulan buah hingga pengeringan menggunakan solar dryer. Hasilnya sungguh menggembirakan, pendapatan penjualan pala berhasil meningkat antara 13 hingga 40 persen.

Peran Kaleka tak berhenti pada peningkatan kualitas produk. Mereka juga aktif membuka pintu pasar yang lebih luas. Kerja sama dengan laboratorium Association Francaise des Dieteticiens Nutritionnistes (AFDN) dari Prancis dilakukan untuk riset lanjutan terhadap olahan pala. Tujuannya tak lain adalah mengembangkan prototipe produk parfum yang akan ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan parfum ternama dunia, sekelas Hermes dan Chanel.

Baca Juga:  LaNyalla Apresiasi Papua Barat Daya Genjot SDM Pendidikan dan Olahraga

“Orang biasanya meremehkan pala Papua karena tingkat ekstraksi minyaknya yang sangat rendah, hanya sekitar 1 persen. Namun, melalui penelitian berkala, kami berhasil meningkatkan tingkat ekstraksi minyak pala Papua menjadi 3,5 persen. Ini membuka peluang besar untuk pengembangan produk turunan lain seperti parfum dan kosmetik,” jelas Venticia Hukom dengan penuh semangat. Keberhasilan penelitian ini membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, pala Papua memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah internasional.

Buah Pala Papua (Foto: dok.Syifa Fauzia.kaleka/editing.aro)

Inisiatif Wewowo Lestari tak hanya mendongkrak perekonomian lokal, namun juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. Melalui Koperasi Mery Tora Qpohi, sebuah badan usaha yang lahir dari dan untuk petani pala, para petani kini menikmati tambahan pendapatan antara 11 hingga 40 persen, tergantung jenis dan kualitas pala yang mereka jual. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jika mereka menjualnya kepada pengepul atau tengkulak lokal.

Kabupaten Fakfak, rumah bagi hamparan hutan seluas 908.850 hektar, menjadi sandaran hidup bagi sekitar 26.927 masyarakat adat yang menggantungkan diri pada rata-rata 56 pohon pala per hektar hutan. Kaleka telah mendedikasikan diri selama delapan tahun untuk memastikan keberlanjutan pala. Lebih dari sekadar komoditas, bagi masyarakat adat, pala adalah urat nadi kehidupan.

Mama Siti kembali menegaskan, “Dengan menerapkan kearifan lokal dalam pengolahan pala secara berkelanjutan, kami dapat mempertahankan mata pencaharian yang stabil tanpa harus mengorbankan lingkungan. Ini juga memberikan insentif bagi kami untuk terus menjaga kelestarian hutan, sehingga kami tidak perlu bergantung pada industri ekstraktif yang merusak alam.”

Pemanfaatan seluruh bagian pala, termasuk kulit dan bijinya, juga melahirkan produk turunan baru di sektor makanan dan minuman (F&B) seperti sirup dan manisan untuk supermarket serta kafe di Fakfak, hingga produk kosmetik berupa minyak atsiri. Ini semakin meningkatkan nilai ekonomis dari komoditas yang dulunya dipandang sebelah mata.

Baca Juga:  LaNyalla Apresiasi Papua Barat Daya Genjot SDM Pendidikan dan Olahraga

“Dibantu oleh Kaleka, kami terus berupaya memanfaatkan semua bagian dari pala untuk meminimalisir sampah yang biasanya menumpuk saat hanya digunakan sebagai bumbu masak. Saat ini, kami sudah menjual sekitar 500 botol sari buah dari daging buah pala yang selama ini hanya dibiarkan membusuk di bawah pohon,” tutur Mama Siti dengan nada bangga.

Keberhasilan inisiatif Wewowo Lestari menyulut harapan baru bagi para petani pala di Papua. Melalui pendekatan ekonomi restoratif, program ini mendorong pembelajaran bersama berbasis bukti, yang diharapkan dapat mengadvokasi perubahan kebijakan pengelolaan lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dengan pendekatan yang berakar pada komunitas, program ini menjaga tradisi dan kekayaan alam Papua sebagai fondasi utama ekonomi lokal.

Venticia Hukom melayangkan visi jauh ke depan. “Dalam lima tahun, kami membayangkan sebuah usaha sosial fungsional yang dipimpin oleh masyarakat adat, mampu menjual pala mereka dengan nilai tinggi, setara dengan komoditas berkelanjutan lain dari Papua Barat seperti rumput laut, kepiting, dan nilam, sehingga meningkatkan mata pencaharian masyarakat adat.

Dalam sepuluh tahun, Kaleka menargetkan hutan adat mendapatkan pengakuan di tingkat nasional, dan beberapa kebijakan perlindungan hutan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia. Dalam lima belas tahun, kita akan menyaksikan industri cluster parfum, minyak atsiri, dan produk perikanan yang berkembang pesat di Fakfak, Papua Barat.”

Kisah dari balik hutan lebat Papua ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian alam dan peningkatan ekonomi dapat berjalan seiring, dipimpin oleh kearifan lokal yang berakar kuat. Aroma pala kini tak hanya mengharumkan hutan Papua, namun juga menebarkan harapan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, bahkan berpotensi memikat hidung para ahli parfum dunia.

oleh Syifa Fauzia, Kaleka

(Editor Aro)

Tag :Bahan parfumBuah Pala PapuaPapua
Ad imageAd image

BERITA TERBARU

65 Atlet Karate Jombang Dilepas Dandim untuk Ajang Kejuaraan Nasional
Sabtu, 19 Juli 2025
Konser Musik di Jombang Dinilai PKL Bunuh Pendapatan Ekonomi Rakyat
Sabtu, 19 Juli 2025
Rokok Ilegal: Penjual di Tepi Jalan Kini Jadi Incaran Satpol PP
Sabtu, 19 Juli 2025
Tertibkan Parkir Tunjungan, Eri: Demi Lalin Lancar & Kota Ramah Turis
Sabtu, 19 Juli 2025
Persebaya vs PSS Malam Ini, Eduardo Perez Tantang Mantan Timnya
Sabtu, 19 Juli 2025
Ad imageAd image

Berita Populer

65 Atlet Karate Jombang Dilepas Dandim untuk Ajang Kejuaraan Nasional

Konser Musik di Jombang Dinilai PKL Bunuh Pendapatan Ekonomi Rakyat

Rokok Ilegal: Penjual di Tepi Jalan Kini Jadi Incaran Satpol PP

Tertibkan Parkir Tunjungan, Eri: Demi Lalin Lancar & Kota Ramah Turis

Persebaya vs PSS Malam Ini, Eduardo Perez Tantang Mantan Timnya

Berita Menarik Lainnya:

Koperasi Bisa Punya Pabrik & Jadi Holding Seperti di Bojonegoro

Sabtu, 19 Juli 2025
Kuasa hukum mendampingi kedua orang tua kliennya usai melaporkan Kasat Reskrim dan Kanit PPA Sat Reskrim Polres Madiun dilaporkan ke Bidang Propam Polda Jatim. (Foto : jero)

Penyidik Reskrim Polres Madiun Dilaporkan ke Propam Polda Jatim

Sabtu, 19 Juli 2025

Urus Izin Investasi di Surabaya Makin Mudah: Bisa Online & Satu Tempat

Jumat, 18 Juli 2025

Horor 30 KM Antrean Truk di Ketapang: Kisah Penjual Makanan Keliling

Jumat, 18 Juli 2025
Siginews.com

Siginews.com adalah media online yang berkomitmen untuk menyediakan informasi yang akurat, terpercaya, dan relevan untuk generasi Indonesia.

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Foto
  • Video
  • Indepth
  • Opini
  • Pilihan Redaksi

Ikuti Kami

Copyright 2024 – Siginews.com

Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?