siginews-Jakarta – Badan Standardisasi Nasional (BSN) secara resmi meluncurkan program Bootcamp SNI Bina UMK 2025 yang akan berlangsung secara daring dan gratis mulai 3 Juni hingga 2 Juli 2025.
Program ini dirancang untuk mendampingi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan penekanan bahwa standar adalah solusi, bukan hambatan.
Plt. Kepala BSN, Y. Kristianto Widiwardono, menegaskan komitmen BSN untuk mendampingi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Standar tidak datang membawa beban, tapi solusi. Pendampingan penerapan standar harus bersifat mendorong, bukan menghambat,” ucap Kristianto dalam pembukaan bootcamp di Jakarta, Selasa (3/6).
Ia menambahkan bahwa program ini melibatkan lintas kementerian dan mitra industri. “Itulah mengapa kami melibatkan lintas kementerian dan mitra industri agar prosesnya sinergis dan konkret,” tambahnya.
Menurut data Kementerian UMKM hingga akhir 2024, terdapat lebih dari 65 juta unit UMKM, atau hampir 99,9% dari total pelaku usaha.
Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai sekitar 61% (setara Rp9.300 triliun). Sektor ini juga menyerap hingga 97% tenaga kerja dan menyumbang 15% ekspor nonmigas, dengan komoditas utama makanan, kerajinan tangan, dan tekstil.
Meskipun demikian, sebagian besar UMKM masih kesulitan memenuhi persyaratan seperti izin edar, sertifikasi halal, dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Tanpa legalitas dan standardisasi ini, produk UMKM sulit bersaing secara berkelanjutan, baik di pasar ritel modern, e-katalog, maupun pasar ekspor.
Kristianto memaparkan standar kunci meraih kepercayaan pasar. Tugas BSN mendampingi dan memberikan pemahaman.
“Tantangan terbesar UMKM bukan pada produk, tetapi pada kepercayaan pasar. Standar adalah bahasa universal yang menjembatani kepercayaan itu. Tugas BSN adalah memastikan bahwa pelaku UMKM tidak berjalan sendiri dalam memahami dan memenuhi standar,” tegasnya.
Selain itu, Program Bootcamp SNI Bina UMK 2025 yang digagas BSN berhasil menarik perhatian luar biasa, dengan jumlah pendaftar mencapai 1.984 UMK, jauh melampaui target awal 1.000 peserta. Antusiasme ini datang dari UMK binaan berbagai kementerian, lembaga, pemda, BUMN, hingga mitra.
Bootcamp ini bukan sekadar pelatihan biasa. Peserta akan dibekali dengan pendampingan intensif dalam penerapan dan fasilitasi sertifikasi SNI.
Tak hanya itu, bantuan juga diberikan untuk pengurusan izin edar, pendaftaran merek, hingga sertifikasi halal dan pemenuhan TKDN. Yang lebih menarik, para peserta juga berkesempatan terlibat dalam business matching untuk membuka pintu pasar yang lebih luas.
Program ini juga diperkaya dengan sesi sharing kisah sukses dari para role model yang telah berhasil menerapkan SNI, memberikan inspirasi nyata. Pembekalan mengenai TKDN dan panduan masuk e-Katalog LKPP turut menjadi fokus utama.
Demi mendukung pengembangan bisnis di era digital, pelatihan tentang strategi digitalisasi pemasaran juga akan diberikan, termasuk kiat-kiat menembus marketplace, pasar ritel modern, bahkan pasar ekspor.
“BSN meyakini, langkah transformasi UMKM tidak bisa ditunda. Produk lokal memiliki potensi besar untuk tumbuh, bukan sekadar bertahan. Namun hal itu hanya akan terjadi jika pelaku UMK dibekali dengan kepercayaan diri dan pemahaman standar yang memadai,” pungkas Kristianto.
(Editor Aro)