siginews-Timur Tengah – Konflik Israel-Iran kian memanas. Serangan Israel pada Senin (16/6/2025) menghantam lembaga penyiaran negara Iran dan, menurut pengawas nuklir PBB, menyebabkan kerusakan parah pada pabrik pengayaan uranium terbesar Iran.
Pada Selasa (17/6), Iran membalas dengan meluncurkan rudal tambahan ke Israel.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan fokus negaranya saat ini adalah menghadapi agresi, meskipun tetap terbuka pada diplomasi. Israel, di sisi lain, menyatakan ingin melumpuhkan potensi senjata nuklir Teheran.
Di tengah memburuknya situasi, Iran dilaporkan telah secara diam-diam meminta Oman, Qatar, dan Arab Saudi untuk menekan Presiden AS Donald Trump agar membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata segera.
Imbalannya, Teheran disebut bersedia menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi nuklir.
Korban jiwa akibat konflik ini mencapai 224 di pihak Iran dan 24 di Israel, dengan sebagian besar adalah warga sipil.
Menteri Araqchi mengatakan diplomasi Trump untuk menghentikan perang memiliki peran yang penting dan menentukan langkah selanjutnya.
“Jika Presiden Trump sungguh-sungguh dalam diplomasi dan tertarik untuk menghentikan perang ini, langkah selanjutnya akan penting,” kata Araqchi di X.
Ia menekankan, jika agresi militer Israel tidak berhenti, maka kami akan membalas serangan yang dapat membungkam Netanyahu.
“Israel harus menghentikan agresinya, dan jika agresi militer terhadap kami tidak dihentikan sepenuhnya, tanggapan kami akan terus berlanjut. Hanya perlu satu panggilan telepon dari Washington untuk membungkam seseorang seperti Netanyahu,” tekannya.
Ketika ditanya apakah dia akan menyetujui perundingan seandainya Trump menginginkannya, Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa Israel berkomitmen untuk menghilangkan ancaman senjata nuklir dan rudal balistik.
(Editor Aro)