siginews-Jombang – Pemandangan menyayat hati terlihat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jabon 2, Desa Jabon, Kecamatan Jombang, pada hari pertama masuk sekolah.
Saat sebagian besar siswa lain merayakan awal tahun ajaran baru dengan riang gembira, beberapa siswa di sini harus rela berbagi ruang belajar di ruang tamu Kepala Sekolah.
Pilihan miris ini bukan tanpa sebab. Kondisi bangunan sekolah yang rusak parah menjadi penyebab utamanya. Meskipun demikian, semangat belajar para siswa tampak tak padam. Mereka tetap terlihat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar, meski di tengah keterbatasan.
Kepala Sekolah SDN Jabon 2, Wiji Utami, mengungkapkan bahwa kerusakan pada atap plafon sangat membahayakan keselamatan siswa dan tenaga pengajar.
Akibatnya, beberapa ruang kelas tak bisa digunakan, memaksa proses belajar mengajar dialihkan ke ruangan darurat, termasuk ruang tamu kepala sekolah. Situasi ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pihak terkait untuk segera memberikan solusi demi kenyamanan dan keamanan pendidikan anak-anak.
“Kelas 1 dan 2 terpaksa digabung sedangkan kelas 3 belajar di ruang tamu kantor kepala sekolah, sedangkan kelas 4 hingga 6 menempati ruang kelas yang tersisa,” ucap Wiji Utami kepada wartawan, Senin (14/7/2025).
Wiji Utami menyebut kondisi bangunan rusak diduga jadi salah satu penyebab jumlah siswa pada Sistem Penerimaan Siswa Baru (SPMB) hanya memperoleh 4 siswa baru. Sehingga total siswa sebanyak 43 orang dari kelas 1 sampai kelas 6.
“Total sekarang ada empat siswa baru. Sebelumnya hanya dua, karena formulir dua siswa lain dikembalikan dan mereka akhirnya resmi mendaftar,” ungkap Wiji Utami.
Akibat keterbatasan fasilitas dan ruang belajar tidak memadai, jumlah siswa baru terus alami penurunan dalam dua tahun terakhir. Sebagai gambaran, kelas 4 saat ini hanya diisi oleh 13 siswa, jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Wiji, bangunan rusak berada di gedung A dengan total 4 ruang kelas. Kondisi kerusakan pada atap plafon pun sudah berlangsung sejak 2 tahun terakhir.
“Saya tidak berani memaksakan penggunaannya karena khawatir ambruk dan membahayakan siswa,” jelasnya.
Awalnya atap plafon rusak menggantung hendak jatuh, setelah beberapa waktu ambrol sepenuhnya. Tidak ada korban saat plafon ambruk namun tidak ada korban, karena saat kejadian kondisi kegiatan belajar mengajar tengah libur. Suara runtuhan atap sempat mengagetkan para guru yang berada di ruang guru saat piket.
Pada 2023, SDN Jabon 2 sempat mengajukan proposal rehabilitasi Gedung A. Namun hanya dua ruang yang mendapat persetujuan untuk direhab, sementara dua lainnya belum terealisasi.
Kendala utama terletak pada status tanah sekolah yang belum bersertifikat. Sehingga membuat proses pengajuan bantuan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang menjadi terhambat.
“Kami sudah coba mengurus ke Balai Desa Jabon, tapi prosesnya tidak mudah. Pihak desa khawatir pengajuan sertifikat akan mempengaruhi lahan lainnya termasuk lapangan dan TK yang berada di sekitar sekolahan,” tutur Wiji.
Pihak sekolah berharap agar persoalan ini segera mendapat perhatian dari pemerintah daerah, agar anak-anak di SDN Jabon 2 bisa belajar dengan aman dan nyaman di ruang kelas yang layak.
(Pray/Editor Aro)