siginews-Banyuwangi – Insiden kandasnya KMP Tunu Pratama Jaya di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, tak hanya mengganggu jadwal penyeberangan, namun juga menciptakan kemacetan panjang yang parah.
Antrean kendaraan, didominasi truk logistik, dilaporkan mengular hingga 30 dari pintu masuk pelabuhan. Dampaknya, aktivitas ekonomi di sekitar area pelabuhan pun berubah drastis, terutama bagi para pedagang makanan.
Menurut keterangan sejumlah saksi mata di lapangan, antrean kendaraan ini sudah terlihat sejak dini hari. Ribuan truk tertahan, menunggu giliran untuk dapat menyeberang ke Bali.
Situasi ini diperparah dengan larangan diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjung Wangi bagi 15 kapal tidak layak laut yang sebelumnya beroperasi di rute Ketapang-Gilimanuk, semakin mempersempit pilihan armada penyeberangan.
Di sisi lain, di tengah kemacetan dan ketidakpastian, ada pihak yang justru merasakan berkah. Para penjual makanan dan minuman di sepanjang jalur antrean mengalami peningkatan omset yang signifikan.
Seorang ibu perempuan, Idah (30) pedagang nasi bungkus yang berjualan di pinggir jalan raya arah pelabuhan, mengatakan hasil penjualan meningkat tiga kali lipat karena macet panjang kendaraan
“Sejak macet, dagangan kami laris. Omset naik sampai tiga kali lipat dari biasanya,” ujar Bu Idah, Kamis (17/7).
Ia menambahkan, para sopir truk yang terjebak antrean panjang tak punya pilihan selain membeli makanan dan minuman dari pedagang sekitar karena harganya murah
“Sopir-sopir pasti beli nasi bungkus, karena murah. Harga yang saya jual 10 ribu, kalo 15 ribu nasinya agak banyak,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Zaini, penjual kopi keliling dengan membawa thermos air panas, juga mengaku kewalahan melayani permintaan.
“Biasanya sepi, mas. Ini dari subuh sampai sekarang belum istirahat, kopi sama rokok laku keras,” ungkapnya sambil melayani pembeli.
Kondisi darurat ini secara tak langsung menciptakan ‘pasar’ baru bagi usaha kecil di sekitar Pelabuhan Ketapang.
Meskipun demikian, antrean panjang ini tentu menimbulkan kerugian besar bagi sektor logistik dan transportasi. Pihak otoritas pelabuhan dan ASDP masih terus berupaya mengurai kemacetan dan menormalkan kembali jadwal penyeberangan pasca-insiden KMP Tunu.
(Editor Aro)