siginews-Jombang – Konser musik megah yang mengundang Dewa 19, NDX AKA, Nidji, dan artis top lainnya di Stadion Merdeka, Jombang, ternyata membawa dilema. Di satu sisi, acara ini memanjakan penggemar musik, namun di sisi lain, justru menjepit ekonomi pedagang kaki lima (PKL) setempat.
PKL yang sehari-hari mencari nafkah di sekitar stadion dilarang berjualan selama dua hari pelaksanaan konser. Agung (25), salah satu PKL, mengaku kerugian yang dialami cukup besar. Baginya dan rekan-rekannya, pendapatan dari berjualan adalah tulang punggung utama.
Larangan ini menjadi pukulan telak bagi PKL, menunjukkan bahwa di balik gemerlap acara hiburan besar, ada dampak ekonomi yang perlu diperhatikan bagi masyarakat kecil di sekitarnya.
“Kalau saya pribadi, dua hari tutup bisa rugi sampai satu setengah juta. Soalnya hari Sabtu dan Minggu itu rame-ramenya pas jualan,” ungkap Agung dalam pesan diterima, Sabtu (19/7/2025).
Para PKL menurutnya tidak senang dengan ulah penyelenggara yang mengidahkan keberadaan PKL yang seharinya berjualan di sekitar Stadion Merdeka Jombang.
“Itu lah yang saya tidak senangi. Setiap ada acara di stadion, mesti harus steril, tidak boleh jualan. Padahal itu bisa menguntungkan kami sebagai penjual,” beber Agung.
Bukannya sedikit, bisa dibilang sebanyak kurang lebih 50 orang PKL terdampak larangan berjualan saat konser musik berlangsung. PKL yang berada di sepanjang trotoar sekitar lokasi acara dilarang tanpa adanya kompensasi.
“Kalau toko-toko sebelah barat itu masih boleh jualan, karena milik pribadi dan kebanyakan jadi satu dengan rumah,” ujar penjual makanan Tahu itu.
Nada protes juga disampaikan Neneng (62), penjual cilok yang telah berjualan di sekitar stadion selama 11 tahun. Ia mengaku kecewa atas larangan tersebut. Setiap ada acara di stadion, selalu tidak boleh berjualan. Padahal mereka harus terus berjualan agar tetap mendapat rezeki.
“Tapi kan pedagang semua kaki lima di sini itu harus makan, Mas,” ungkap Neneng.
Setidaknya menurut Neneng jikalau ada ruang buat jualan, menjadi sebuah keberuntung. Mengingat acara konser musik jarang sekali ada di Jombang.
“Ini kan jarang-jarang ada konser, kesempatan buat kami cari nafkah. Tapi malah disuruh libur dua hari, tanpa kompensasi,” tuturnya.
“Namanya juga masyarakat kecil. Mudah-mudahan ada toleransinya. Kalau sekarang ya saya tetap manut, meski ya agak nggondok juga,” lanjut Neneng dengan nada pasrah.
Informasi diterima, jika pedagang pemilik kios resmi di area taman stadion menerima kompensasi dari penyelenggara. Infonya nominal uang sebesar Rp250 ribu selama dua hari larangan berdagang.
Berbeda dengan PKL Nyang berdagang di trotoar pinggir jalan dan area luar stadion tidak mendapatkan kompensasi serupa.
(Pray/Editor Aro)