siginews-Tulungagung – Guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana tsunami, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur gencar melakukan pelatihan evakuasi mandiri.
Salah satu tujuan utama dari pelatihan ini adalah mengenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan “Blue Zone” atau titik aman evakuasi, serta melatih mereka untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai area tersebut dari pesisir pantai.
Hal ini disampaikan oleh Plt. Kabid PK BPBD Jatim, Dadang Iqwandy, di Tulungagung pada Kamis (24/7/2029), saat memantau Pelatihan Evakuasi Mandiri Tsunami.
Pelatihan tersebut diselenggarakan di tiga lokasi pantai selatan Jawa Timur yang dianggap memiliki potensi risiko, yaitu Pantai Balekambang (Kabupaten Malang), Pantai Gemah (Kabupaten Tulungagung), dan Pantai Watukurung (Kabupaten Pacitan).
“Salah satu target yang kami inginkan dari kegiatan ini adalah mengenalkan kepada masyarakat tentang adanya Blue Zone dan menghitung waktu evakuasi dari pesisir pantai hingga ke titik aman,” jelas Dadang Iqwandy.
Sebagai rangkaian awal kegiatan, dilangsungkan pengecatan jalan dengan warna biru di lokasi titik aman tsunami di masing-masing area yang biasa disebut dengan Blue Zone.
Selanjutnya, dilaksanakan sosialisasi pelatihan evakuasi mandiri yang diikuti 100 peserta dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari perangkat desa setempat, pelaku usaha sekitar pantai, kalangan pemuda, hingga kelompok rentan, seperti, lansia dan penyandang disabilitas.

Sementara, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Malang, Ma’muri, yang turut hadir dalam simulasi ini, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif BPBD Jatim.
“Kami berharap, apa yang dilakukan BPBD Jatim ini bisa melahirkan kesiapsiagaan dan kemandirian masyarakat desa, sehingga pemerintah desa dapat menggelar kegiatan yang sama tanpa menunggu dari kabupaten maupun provinsi,” ujar Ma’muri.
Menurutnya, kemandirian ini penting agar pesan peringatan dini dapat diterima dan direspons secara efektif oleh masyarakat pesisir.
“Dengan begitu, pesan peringatan dini yang kami sampaikan bisa benar-benar diterima oleh masyarakat pesisir pantai,” tambahnya.
Senada dengan BMKG, Kalaksa BPBD Kabupaten Tulungagung, Robinson Parsaoran Nadeak, juga mengungkapkan apresiasinya atas fasilitasi yang diberikan BPBD Jatim.
Baginya, simulasi evakuasi mandiri bencana tsunami ini adalah proses edukasi yang sangat berharga untuk peningkatan respons cepat bagi masyarakat pesisir.
“Kami berharap, kesiapsiagaan masyarakat di wilayah pesisir ini bisa semakin meningkat, sehingga masyarakat juga semakin sigap saat terjadi gempa dan tsunami,” tutur Robinson.
Antusiasme peserta pun tidak terbantahkan. Kusnadi, salah satu warga Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung, yang menjadi peserta simulasi, mengaku sangat senang.
“Istimewa.. sangat mengedukasi. Semoga kegiatan semacam ini bisa dilaksanakan lagi di masa-masa mendatang,” harapnya, menunjukkan betapa pentingnya pelatihan semacam ini bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.
(Editor Aro)