Surabaya – Kartika Utami Putri, mahasiswi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga ( Unair) mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi di Jepang, Kagoshima University.
Dikutip dari unair.ac.id, mahasiswi yang biasa dipanggil Tika itu menceritakan bagaimana seleksi hingga lolos dan meraih beasiswa menimba ilmu di salah satu universitas terbaik Jepang Kagoshima University.
“Program beasiswa selama 1 semester, dari bulan April hingga September 2024,” ujar Tika.
Tika memiliki keinginan exchange pada tahun keduanya duduk di bangku kuliah. Karena itu, ia bergabung dengan Airlangga Best Buddies Airlangga Global Engagement (AGE), komunitas untuk memberikan dukungan kepada mahasiswa asing di UNAIR. Komunitas tersebut memiliki goals yang sama dengan Tika untuk mengikuti program exchange ke luar negeri.
Setelah berbagai upaya, Tika menyampaikan keinginannya pada pimpinan AGE untuk exchange ke Jepang. Namun, tak disangka pimpinan AGE tersebut langsung merekomendasikan untuk mencari informasi di website AGE.
“Awalnya aku curhat ke pimpinan AGE kalau pengen exchange. Beliau langsung merekomendasikan untuk cari informasi dan coba daftar lewat website AGE. Nggak nyangka ternyata banyak informasi yang aku dapat,” tutur Tika.
Ia menerangkan, membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 bulan untuk mempersiapkan mengikuti seleksi. Katanya, seleksinya tanpa wawancara dan hanya mengumpulkan berkas untuk seleksi internal. Mengirimkan surat rekomendasi maupun motivation letter kepada Kagoshima University untuk seleksi pusat.
“Persiapannya termasuk sertifikat IELTS dan paspor sebagai syarat utama,” ujarnya.
Sedari kecil, Tika berkeinginan untuk pergi ke Jepang, karena orang tuanya pernah mendapat beasiswa ke Jepang saat kuliah. Selain itu, Tika lahir dan tinggal di Jepang hingga usia tiga tahun. Itu juga yang mempengaruhi pemahamannya terhadap sosial budaya Jepang sejak dini. Orang tuanya juga mengenalkan kepadanya berbagai aspek kehidupan Jepang, termasuk makanan dan kehidupan sehari-hari.
“Sejak aku kecil, orang tua udah mengenalkan semua tentang Jepang. Bahkan terkadang aku ikut acara alumni orang tuaku di Nagoya. Anak-anak teman orang tuaku yang ikut, juga sempat bercerita bahwa putra-putrinya kembali melanjutkan pendidikan di Jepang. Setelah mendengar itu, aku juga bertekad harus ke Jepang,” terangnya.
Selain itu, keinginannya untuk ke Jepang karena tontonan masa kecil Tika adalah kartun Jepang Chibi Maruko–chan. Ia ingin tahu sistem pendidikan di Jepang dan cara mereka belajar layaknya tokoh Maruko dalam kartun itu. Dikenal dengan negara aman dan bersih, menjadi faktor lain dirinya memilih Jepang.
Tentu dalam perjalanan menggapai mimpinya bukan suatu hal yang mudah bagi Tika. Meskipun gagal dalam seleksi program-program sebelumnya, hal itu tak menghalangi tekadnya. Tika tetap gigih dengan mengikuti kelas program IISMA atau mendaftar program di Miyazaki atau Kumamoto sebagai alternatif.
“Sebaiknya jika kita ingin mengejar mimpi dan nggak hilang motivasi, berkumpulah dengan seseorang yang punya tujuan atau mimpi yang sama. Karena lingkungan sekitar yang akan terus mendorong kita. Aktif cari informasi, tiap kali ada kesempatan ya cobain aja dulu gagal mah belakangan,” pungkasnya.