Tokyo – Perdana Menteri Shigeru Ishiba, Ketua KTT (konferensi tingkat tinggi) Komunitas Nol Emisi Asia (AZEC) membuat pernyataan bersama mengusulkan pembuatan aturan umum tentang Dekarbonisasi (emisi baru) di Asia melalui kerjasama antara Jepang dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Fokus pembahasan pertemuan tersebut pada kerjasama antara Jepang dan Asean untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan dekarbonisasi lewat promosi pembentukan aturan tentang penghitungan dan pelaporan emisi gas rumah kaca (efek rumah kaca). Rencana akan dijadwalkan Jumat mendatang di Laos.
PM Ishiba dijadwalkan akan mengunjungi Laos dari Kamis hingga Sabtu untuk menghadiri pertemuan puncak terkait ASEAN dan menjadi tuan rumah pertemuan AZEC dalam kunjungan luar negeri pertamanya sejak menjabat.
AZEC merupakan kerangka kerja yang diusulkan oleh mantan Perdana Menteri Fumio Kishida pada tahun 2022 untuk mencapai dekarbonisasi di Asia. Saat ini, Jepang, Australia, dan sembilan negara anggota ASEAN, kecuali Myanmar, turut ambil bagian di dalamnya. KTT AZEC mendatang akan menjadi pertemuan kedua kerangka kerja tersebut, setelah pertemuan yang diadakan di Tokyo pada bulan Desember tahun lalu.

Menurut rancangan tersebut, pernyataan bersama akan menetapkan pentingnya mencapai ketiga tujuan secara bersamaan yakni aksi perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi dan pasokan energi yang stabil.
Asia sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga termal berbahan bakar batu bara. Dengan mempertimbangkan situasi di setiap negara, pertemuan tersebut akan menegaskan prinsip bersama untuk mengikuti berbagai jalur menuju tujuan mereka.
Rancangan rencana aksi, yang mencakup langkah-langkah konkret untuk 10 tahun ke depan, menyerukan penciptaan dan perluasan pasar yang menghargai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.
Di Asia, banyak negara belum merumuskan aturan tentang penghitungan dan pelaporan emisi gas rumah kaca dari kegiatan bisnis. Dengan menyediakan pengetahuan Jepang, AZEC bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran di antara negara-negara peserta dan memperkenalkan aturan umum di bawah inisiatif Jepang.
Kerja sama juga akan diperdalam di sektor pertanian, kehutanan, dan transportasi, di mana dekarbonisasi dianggap sangat sulit, dan pengembangan teknologi bahan bakar penerbangan berkelanjutan akan dipromosikan.
Jepang juga berencana untuk mengusulkan langkah-langkah kerja sama yang memanfaatkan kemampuan teknologi negara tersebut. Langkah-langkah tersebut kemungkinan akan mencakup dukungan melalui bantuan pembangunan resmi untuk pembangkitan energi terbarukan, pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik, dan penerapan teknologi pengolahan limbah menjadi energi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.(aro)