Kazan, Russia – BRICS adalah singkatan dari Brazil Russia India Cina dan Afrika Selatan, merupakan kumpulan Negara-negara berkembang dengan perekonomian yang pesat di dunia. Pada 1 Januari 2024 keanggotaan BRICS bertambah 5 negara yakni Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Hal ini adalah babak baru, Organisasi BRICS memperluas aliansi basis kerjasamanya. BRICS dibentuk untuk kerjasama ekonomi, politik, budaya serta meningkatkan pengaruh di kanca global. Yang semula BRICS digunakan untuk kerjasama investasi namun dalam perkembangannya berubah menjadi blok geopolitik untuk memperkuat suara Negara-negara berkembang.
BRICS memiliki penilaian bahwa keputusan-keputusan di dunia saat ini seringkali didominasi oleh Negara-negara Adikuasa seperti AS, Inggris, Prancis.dan sekutunya. BRICS mempunyai misi ingin mengubah system yang dikuasai oleh gerakan ‘the dollarisasi’, yaitu dengan menciptakan system keuangan global yang inklusif dan mengurangi dominasi dollar AS sebagai mata uang dan alat tukar dalam perdagangan dan investasi dunia.
Dalam forum internasional KTT BRICS Plus di Kazan Russia 24 Oktober lalu, melalui Menteri Luar Negeri yang baru saja dilantik yakni Sugiono menyampaikan, saat ini pemerintah Indonesia mempelajari dan mempersiapkan persyaratan yang diperlukan untuk masuk bergabung BRICS. Indonesia secara terbuka berminat untuk bergabung BRICS sebagai implementasi politik luar negeri bebas aktif.
Menlu Sugiono menegaskan kerterlibatan Indonesia dalam BRICS bukan berarti berpihak blok tertentu melainkan berpartisipasi aktif kedalam forum internasional
“Kita melihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama ‘Global South’ (Negara berkembang). Namun, kita melanjutkan keterlibatan atau engagement kita di forum-forum lain, sekaligus juga terus melanjutkan diskusi dengan negara-negara maju,” Jelas Sugiono.
Sugiono menambahkan BRICS sebagai wadah strategis untuk memperluas kerjasama ekonomi politik di tingkat global.(aro)