Surabaya – Masyarakat Butuh Sehat ( MBS ) Kota Surabaya mendesak Pemerintah Kota Surabaya untuk mencopot Direktur RSUD dr Suwandhie. Desakan itu berdasarkan diduga malpraktik atau penelantaran pasien R (68) warga Surabaya hingga meninggal dunia.
“Informasi yang kami terima. Pasien tidak dilayani sebagaimana mestinya. Dan ini wajib menjadi koreksi dari berbagai pihak,” ucap Lasiono Koordinator Masyarakat Butuh Sehat (MBS) Kota Surabaya, Rabu (6/11/2024).
Warga Wonokromo ini menerangkan, momentum Pilkada Surabaya 2024 adalah sebagai salah satu ajang perbaikan pelayanan kesehatan yang harus dilakukan ke depan oleh calon Kepala Daerah untuk menjadi lebih baik lagi.
Sejauh mana pelayanan prima harus diberikan rumah sakit milik Pemerintah Kota Surabaya kepada masyarakat kecil. Jangan sampai kejadian beberapa hari yang lalu terulang ke depan, seperti yang dialami R (68) warga Surabaya yang dirawat di IGD RSUD dr Suwandhie hingga meninggal dunia.
Persoalan pelayanan kesehatan yang terbaik kata Lasiono, harus dikedepankan oleh setiap rumah sakit plat merah milik Pemkot Surabaya. Jangan sampai masyarakat Surabaya merasa malas untuk berobat atau memeriksakan kesehatannya di rumah sakit milik Pemerintah Daerah.
“RSUD merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang vital dalam menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan rumah sakit dituntut untuk selalu melakukan perubahan, agar pelayanan itu dapat sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat,” katanya.
“Jangan sampai masyarakat Surabaya takut dan enggan untuk berobat ke rumah sakit milik pemerintah daerah, malah masyarakat berobat ke rumah sakit swasta. Kondisi ini kan ironi,” cetus Lasiono.
Sementara terkait kejadian di RSUD Mohamad Soewandhi milik Pemkot Surabaya beberapa hari yang lalu yang sempat viral. Bahwa siapapun yang bertanggung jawab di rumah sakit tersebut harus mundur. Jika terjadi kelalaian atau kesalahan penanganan terhadap pasien.
“Dan kami meminta kepada pak Eri Cahyadi jika nanti terpilih sebagai Walikota Surabaya. Untuk mencari Dirut RSUD Suwandhie yang bisa memahami dan melayani warga Surabaya secarah ikhlas,” tegasnya.
“Kami menyayangkan, bahwa kejadian di RSUD Soewandi disaat pak Eri Cahyadi lagi cuti untuk ikuti proses Pilkada,” tambah Lasiono.
Sepatutnya menurut Lasiono, kejadian buruknya pelayanan juga menjadi perhatian serius calon gubernur/wakil gubernur, dan calon wali kota/calon wakil walikota. Namun yang terjadi, warga Surabaya terkesan dibiarkan berjuang sendiri menghadapi pelayanan kesehatan di Kota Pahlawan yang nyatanya belum baik baik saja.
Karena itu, kesehatan dan pelayanan kesehatan, jangan hanya sebagai bahan kampanye saja. Namun tidak menyentuh akar persoalan, karena masih ditemukan buruknya pelayanan kesehatan untuk warga Kota Surabaya.
“Mirisnya kejadian yang viral di RSUD Dr. Mohamad Soewandhie disaat Jawa Timur dan Kota Surabaya bersiap menghadapi pemilihan kepala daerah,” tegas Lasiono.
Aktivis’98 ini menyampaikan sikap dari Masyarakat Butuh Sehat (MBS) Kota Surabaya, yakni :
1. Manajemen rumah sakit harus memberikan pelayanan terbaik untuk warga Surabaya.
2. Rumah Sakit bertanggungjawab penuh terhadap pasien warga Kota Surabaya.
3. Pemkot Surabaya harus menindak tegas terhadap manajemen rumah sakit, jika terjadi kesalahan prosedur. Sehingga kejadian tidak terulang di rumah sakit lain milik Pemerintah Kota Surabaya.
4. Mengganti direktur rumah sakit, sebagai wujud tanggungjawab sosial.
5. Kejadian di RS Soewandhie ini jangan sampai terulang lagi di rumah sakit khususnya rumah sakit milik pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota. (roi)