Jombang – Debat penutup dan terakhit Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jombang 2024 Pasangan Calon (Paslon) Nomor urut 02 Warsubi – Salman atau WaRsa terlinat lebih santai dan menguasai materi saat mengikuti sesi debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Yusro, Sabtu (16/11/2024) malam.
Pantauan terhadap pasangan WaRsa disampaikan oleh Dr. Nur Ulwiyah, Dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Rejoso Jombang. Ia mengatakan, Warsubi-Salman terlihat lebih santai dan menguasai materi dibanding debat sebelumnya.
Dalam debat terakhir kali ini, lanjut dia, Warsubi memaparkan program kesehatan utamanya soal cara dia selama menjadi kepala desa Mojokrapak terbukti mampu mengatasi persoalan kesehatan tak cuma dengan bantuan tapi juga dengan edukasi menyeluruh pada Ibu, calon ibu dan balita sebagai langkah pencegahan kematian Ibu dan Bayi serta pencegahan stunting.
“Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami tren peningkatan selama beberapa tahun terakhir (2019-2023), bahkan di tahun 2023 angkanya meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2022, yaitu dari 88,4 menjadi 134,51. Data yang diungkap Dinas Kesehatan ini menjadi salah satu bukti bahwa pemerintahan sebelumnya tidak mampu mengatasi selama menjabat,” jelasnya.
Sementara, lanjut Nur, Warsubi ketika menjadi kepala desa Mojokrapak justru menerima penghargaan untuk ketahanan pangan dari Kabupaten, Provinsi hingga Presiden RI. Warsubi juga terbukti mampu menurunkan angka stunting hingga 50% dalam waktu singkat.
Warsubi juga menyebut, program inovasi desa yang digalakkan dengan merangkul beberapa perusahaan sebagai pihak ketiga, salah satunya PT Phalosari untuk memberikan bantuan langsung berupa makanan bergizi saat pemerintah pusat dan Kabupaten belum memiliki program tersebut.
Jawaban-jawaban lugas itu membuktikan Warsubi telah berpengalaman dalam mengatasi problem mendasar di masyarakat sekaligus membuktikan ia mampu gerak cepat dan tepat sasaran.
“Ini sangat berbanding terbalik dengan program paslon petahana yang lebih abstrak dan kurang tepat sasaran. Seperti pembangunan 19 ribu MCK untuk mengatasi stunting. Itu kurang memberikan efek langsunh dalam mengatasi stunting,” pungkasnya.(pray)