siginews-Surabaya – Dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila hari ini, Plt Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Yordan M. Batara Goa, memimpin dengan penuh hikmat. Yordan menegaskan pentingnya menjadikan 1 Juni sebagai momentum untuk merefleksikan keutuhan bangsa yang terus diuji oleh berbagai tantangan zaman.
“Hanya ada dua hari libur nasional yang benar-benar sakral dalam sejarah bangsa kita, yaitu 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan dan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila,” ujar Yordan, di halaman Kantor DPC PDIP Kota Surabaya, Minggu (1/6).
Acara ini tidak hanya sekadar peringatan, tetapi juga menjadi penanda dimulainya Bulan Bung Karno, sebuah momen yang akan dirayakan sepanjang Juni 2025 oleh seluruh kader dan simpatisan partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Dari jajaran pengurus DPC, anggota Fraksi DPRD Kota Surabaya dari PDIP, ketua PAC, ketua ranting, hingga kader dari berbagai penjuru kota, semua larut dalam upacara, menunjukkan soliditas dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai kebangsaan. Semangat nasionalisme membara dan Bendera Merah Putih berkibar megah mengiringi upacara tersebut.
Kader dan pengurus DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya tak hanya hadir untuk merayakan, tetapi juga untuk menyelami makna mendalam dari nilai-nilai ideologis yang membentuk bangsa.
Dalam pidatonya yang sarat makna, Plt Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Yordan M. Batara Goa, mengingatkan kembali esensi Pancasila sebagai tiang penyangga bangsa. Ia berujar, kemerdekaan sejati tak akan terwujud tanpa Pancasila sebagai kompas moral dan pemersatu.
“Bung Karno berkata, hanya Pancasila lah yang bisa mempersatukan bangsa ini. Oleh karena itu, 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur agar kita berhenti sejenak dari kesibukan dan kembali mengingat nilai-nilai Pancasila,” urai Yordan, menyoroti pentingnya momen refleksi ini.
Tak hanya itu, Yordan juga memberikan sentilan tajam bagi internal partai. Ia menegaskan bahwa menjadi kader PDIP bukan sekadar mengikuti rutinitas seremonial, melainkan harus menjiwai semangat perjuangan Proklamator, khususnya dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
“Kita ingin agar tidak ada satu pun warga negara Indonesia yang miskin, yang tidak sekolah, yang tidak sejahtera. Itu tujuan utama kita berpartai, bukan sekadar kegiatan rutinitas,” pungkasnya, menegaskan misi fundamental partai di luar gegap gempita politik.
Ia tak segan mengingatkan kembali idealisme berpartai. Ia dengan keras menekankan bahwa PDI Perjuangan bukanlah panggung untuk kepentingan pribadi atau sekadar wadah bersosialisasi.
“Kalau hari ini kita pakai pin Bung Karno di dada kita, maka semangat Bung Karno juga harus ada dalam jiwa kita. Berpartai bukan untuk guyonan, bukan sekadar hobi, tapi karena kita sudah selesai dengan kepentingan pribadi,” urai Yordan, menyerukan agar setiap kader benar-benar menghayati makna pengabdian dalam politik.
(Editor Aro)