New Orleans, Amerika – Kasus kriminalitas kian meningkat di Amerika Serikat dalam satu terakhir. Mulai kasus perampokan bersenjata, tabrak lari, teror sampai penyanderaan terhadap warga sipil, membuat situasi keamanan makin tidak terkendali.
Tragedi kembali terjadi sekitar pukul 3.14 pagi saat warga dan banyak orang merayakan tahun baru di dekat persimpangan Canal dan Bourbon Streets New Orleans destinasi bersejarah dengan hiburan musik dan cafe bar. Seorang pengemudi truk nekat menerobos pembatas jalan dan menabrak kerumunan massa. Berakibat menewaskan 15 orang. Tersangka pengemudi saat beraksi dengan mengibarkan bendera ISIS.
Dalam pengejaran petugas kepolisian, tersangka langsung tewas saat baku tembak dengan polisi, melukai 30 orang termasuk dua petugas polisi. Tersangka diidentifikasi sebagai Shamsud-Din Jabbar, 42 tahun, mantan veteran Angkatan Darat AS, seorang warga negara AS dari Texas yang pernah bertugas di Afghanistan.
Sementara dari pihak FBI Amerika mengatakan polisi menemukan seperangkat peralatan peledak. “Polisi juga menemukan senjata dan alat peledak di dalam kendaraan, sementara dua alat peledak potensial ditemukan di lokasi dan telah diamankan,” kata FBI.
Bersamaan itu pertandingan sepak bola perguruan tinggi klasik antara Notre Dame dan Georgia yang dimainkan di New Orleans setiap tahun pada Hari Tahun Baru ditunda hingga Kamis sore karena pihak polisi menyisir beberapa bagian kota untuk mencari kemungkinan adanya bahan peledak dan berkumpul di lingkungan sekitar untuk mencari petunjuk.
Dalam investigasi FBI, ditemukan bendera ISIS yang terpasang di antara kendaraan dan gandengan.
“Sebuah bendera ISIS terpasang pada sebuah tongkat yang menonjol dari gandengan kendaraan sewaan, sehingga mendorong dilakukannya investigasi mengenai kemungkinan adanya kaitan dengan organisasi teroris,” ungkap Biro Investigasi Federal (FBI).
Asisten Agen Khusus FBI, Alethea Duncan, menambahkan bahwa para penyelidik sedang menyelidiki sejumlah tersangka.
“Kami tidak percaya bahwa Jabbar adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab. Kami secara agresif menelusuri setiap petunjuk, termasuk rekan-rekannya yang diketahui,” kata Alethea Duncan, saat memberi keterangan kepada para wartawan.
(Aro)