Banyuwangi – Di tengah hiruk pikuk Banyuwangi, tersembunyi sebuah kisah inspiratif di Perumahan Villa Ijen, Jalan Kemuning, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah. Di sana, Nurul Imam, seorang penyandang disabilitas netra sejak lahir, merajut impiannya melalui aroma kopi yang semerbak dari kedai sederhana miliknya, “Assyifa Coffee.” Lokasinya yang strategis, hanya berjarak kurang dari 10 menit dari pusat kota, menjadikan kedai ini mudah dijangkau para penikmat kopi.
Assyifa Coffee bukan sekadar tempat menikmati kopi; ia adalah manifestasi semangat dan kegigihan seorang Imam. Kedai ini ramai dikunjungi berbagai kalangan, baik penyandang disabilitas maupun non-disabilitas, yang datang untuk menikmati secangkir kopi dan merasakan kehangatan keramahan Imam.
Kopi robusta yang disajikan Imam memiliki karakter yang kuat dan bold, dengan rasa pahit yang khas dan aroma yang memikat. Cocok bagi mereka yang menyukai kopi dengan rasa yang “nendang” di lidah. Sementara itu, bagi para penikmat kopi yang lebih menyukai rasa yang lembut dan aroma yang floral, arabika menjadi pilihan yang tepat. Dengan tingkat keasaman yang lebih tinggi dan aftertaste yang menyenangkan, arabika di tempat ini mampu memanjakan lidah para penikmatnya. Secangkir robusta hanya dihargai 5 ribu, sementara arabika 7 ribu.
Keunikan Assyifa Coffee terletak pada proses peracikan kopi yang dilakukan Imam secara mandiri. Mulai dari roasting, penggilingan biji kopi, perebusan air, hingga penyeduhan, semuanya dikerjakan dengan teliti dan hati-hati. Keterbatasan penglihatan tidak menghalangi Imam untuk menyajikan kopi layaknya barista profesional.
Dengan sentuhan dan insting yang terlatih, ia meraba posisi ceret dan gelas saat menuangkan air panas, sebuah proses yang membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian ekstra. Gelar sarjana pendidikan Islam yang disandangnya seolah berpadu harmonis dengan keahliannya meracik kopi.
Meskipun masih berskala UMKM, Imam, yang juga berprofesi sebagai guru agama di sebuah sekolah tuna netra, memiliki visi besar. Ia bermimpi Assyifa Coffee akan berkembang menjadi sebuah kafe besar yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.
Mimpi ini awalnya sempat kurang mendapat dukungan dari sang istri, yang juga seorang penyandang disabilitas fisik. Namun, kegigihan dan tekad Imam akhirnya meluluhkan hati istrinya, yang kini memberikan dukungan penuh.
Perjalanan Imam juga diwarnai oleh dukungan dari Novian Darma Putra, seorang barista handal Banyuwangi. Novian berperan penting dalam membimbing Imam, mulai dari teknik meracik kopi, penakaran yang tepat, hingga teknik penyeduhan yang menghasilkan cita rasa kopi yang tinggi.
Tak hanya itu, Novian juga memperkenalkan berbagai jenis biji kopi kepada Imam melalui sentuhan dan aroma, sebuah metode pembelajaran yang unik dan efektif. Rencananya, Novian juga akan membekali Imam dengan pengetahuan manajemen usaha, agar ia lebih siap mengelola bisnisnya ketika berkembang kelak.
Di era digital ini, Imam tak ketinggalan memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bubuk kopi hasil produksinya. Inovasi ini membuktikan adaptabilitas dan semangatnya untuk terus berkembang.
Roby, salah seorang pelanggan setia Assyifa Coffee, mengungkapkan kepuasannya terhadap rasa kopi yang disajikan. “Kopinya pas dengan selera saya,” ujarnya. Ia menambahkan, “Tak hanya soal rasa, saya juga mendapat inspirasi dan motivasi dari kegigihan sang penjual. Andai kata harganya dinaikkan lebih mahal, saya tidak keberatan.”
Kisah Nurul Imam dan Assyifa Coffee adalah kisah tentang harapan, kegigihan, dan semangat untuk terus berkarya di tengah keterbatasan. Secangkir kopi yang disajikannya bukan hanya menawarkan rasa, tetapi juga inspirasi bagi siapa pun yang menikmatinya. (Irham/editor aro)