Seoul, Korsel – Pernyataan darurat militer yang mendadak dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada larut malam telah memicu konflik selama bertahun-tahun dengan lawan-lawan dalam negeri, media dan bahkan partai konservatifnya sendiri dan membuat masa depan politiknya diragukan.
Yoon Suk Yeol meraih kemenangan tipis dalam pemilihan presiden paling ketat dalam sejarah Korea Selatan pada tahun 2022 di tengah gelombang ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi, skandal, dan perang gender, yang membentuk masa depan politik ekonomi terbesar keempat di Asia.
Ia diterima oleh para pemimpin di Barat sebagai mitra dalam upaya yang dipimpin AS untuk menyatukan demokrasi melawan otoritarianisme yang berkembang di Tiongkok, Rusia, dan tempat lain.
Akademisi dan seorang profesor di Hankuk University of Foreign Studies di Seoul, Mason Richey memberikan penilaiannya terhadap kepemimpinan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol beberapa tahun terakhir.
“Bagi seorang presiden yang terlalu berfokus pada reputasi internasional Korea Selatan, hal ini membuat Korea Selatan tampak sangat tidak stabil. Hal ini akan berdampak negatif pada pasar keuangan dan mata uang serta posisi diplomatik Korea Selatan di dunia.” kata Mason Richey.
Sementara Jenny Town seorang diplomat Barat dari lembaga Stimson Center yang berpusat di AS mengatakan tindakan Yoon Suk Yeol merupakan tindakan ‘putus asa dan berbahaya’ yang dapat mengakibatkan berakhirnya masa jabatan kepresidenannya. Ia juga menanggapi pernyataan darurat militer Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol juatru akan mempersulit Negara Korea Selatan dalam membangun dan bergabung dengan lebih banyak kerjasama diplomatik internasional.
“Dia memang sudah tidak populer, tetapi ini mungkin menjadi hambatan terakhir untuk melanjutkan proses pemakzulan yang dilakukan oleh rakyat Korea Selatan dan para anggota parlemen pemerintah,” katanya.
Dalam survei indeks kebebasan pers global yang diluncurkan tahun ini oleh Reporters Without Borders, menyampaikan di bawah kepemimpinan Yoon, Korea Selatan mengalami penurunan peringkat 47 ke peringkat 62.
Di sisi lainnya, Partai Demokrat, yang tengah mengalami masalah internal dengan pemimpinnya yang dihukum karena pelanggaran hukum pemilu dan menghadapi tuduhan korupsi, berselisih dengan Yoon mengenai anggaran dan penyelidikan terhadap istri Yoon dan grup pejabat tinggi.
Pada bulan November, Yoon membantah melakukan kesalahan dalam skandal penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan dirinya dan istrinya, yang telah menyebabkan tingkat persetujuan terhadapnya mencapai rekor terendah.
Yoon juga mengambil tindakan tegas terhadap serikat buruh, serta terhadap para dokter yang mogok yang menentang rencana reformasi perawatan kesehatan besar-besaran yang akan menambah 2.000 mahasiswa kedokteran setiap tahunnya untuk mengatasi apa yang dikatakan pemerintah sebagai kekurangan tenaga dokter dalam jumlah yang besar.
Dekrit darurat militer hari Selasa memerintahkan para dokter tersebut untuk kembali bekerja.
Penanganan Yoon terhadap skandal-skandal serta pemogokan para dokter menyebabkan keretakan hubungan dengan Han Dong-hoon, mantan orang kepercayaannya dan pemimpin Partai Kekuatan Rakyat Yoon saat ini. Han mengecam Yoon untuk mencabut perintah tersebut.
(aro)