Surabaya – Menjelang perayaan Natal, penjual pernak-pernik Natal di Surabaya kebanjiran pesanan. Salah satunya adalah toko di Pasar Atum Mall yang sejak awal Desember ini ramai dikunjungi pembeli.
Suasana Natal sudah mulai terasa di Pasar Atum Mall Surabaya. Berbagai toko di pusat perbelanjaan ini berlomba-lomba menghadirkan koleksi pernak-pernik Natal yang memikat hati pengunjung. Mulai dari pohon Natal megah hingga dekorasi sederhana dengan harga yang cukup terjangkau, Pasar Atum Mall siap memenuhi kebutuhan Natal Anda.
Dengan ragam pilihan dekorasi Natal dan suasana yang meriah, Pasar Atum Mall kini menjadi destinasi favorit untuk berburu pernak-pernik Natal. Pusat perbelanjaan ini menawarkan kemeriahan dan kehangatan Natal bagi pengunjung dari berbagai wilayah.

Pohon Natal menjadi incaran utama, dengan berbagai variasi mulai dari harga Rp 150.000 hingga Rp 22 juta, tergantung tinggi, diameter, dan ornamen hiasannya.
Tak hanya pohon Natal, tren baru seperti balon Natal dengan harga Rp 300.000 hingga Rp 1,5 juta juga banyak diminati. Sinterklas dari akrilik dengan lampu cantik di dalamnya, serta aneka pernik seperti bando jepit hingga kalung Natal, juga tersedia lengkap di toko ini.
Antusiasme pembeli tak hanya datang dari Surabaya, tetapi juga dari luar kota bahkan luar pulau. Dey Kayoi, seorang pengunjung dari Kepulauan Yapen, Papua, sengaja datang ke Pasar Atum Mall untuk berburu pohon Natal.
“Pohon Natal di Surabaya dan di Papua jauh berbeda. Di sini lebih bervariatif dan harganya jauh lebih terjangkau,” ujar Dey Kayoi.
Dey menambahkan, pernak pernik pohon natal yang dibelinya akan dikirim ke Papua.
“Rencananya, kami akan membeli pohon Natal dan mengirimkannya ke Papua melalui jasa pengiriman cargo untuk perayaan Natal di sana,” ujarnya.

Sementara itu, Sudjani, pemilik toko pernak-pernik Natal di Pasar Atum Mall, mengatakan bahwa meskipun penjualan online juga tersedia, banyak pembeli yang tetap memilih datang langsung ke toko untuk melihat dan memilih barang sesuai keinginan mereka.
“Kebanyakan pernik Natal yang kami jual adalah impor dari China. Meskipun terlihat variatif, pembatasan masuk barang impor oleh pemerintah cukup merugikan para pengusaha,” jelas Sudjani. (jrs)