Misi Rahasia Alasan Daendels Membangun ‘Roode Brug’ Jembatan Merah
Reporter : Redaksi
Jawa Timur
Senin, 10 November 2025
Waktu baca 2 menit

Siginews-Surabaya – Di jantung Kota Pahlawan, melintasi tepian Sungai Kalimas, berdiri megah struktur bangunan yang bukan sekadar penghubung, tetapi monumen sejarah.
Jembatan Merah Surabaya, atau yang dalam arsip kolonial Belanda disebut ‘Roode Brug’, adalah salah satu ikon paling penting yang mendefinisikan identitas kota.
Warisan historis yang tak ternilai, Jembatan Merah telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, terutama pertempuran heroik 10 November 1945.
Namun, sebelum menjadi panggung sejarah, bagaimana konstruksi jembatan legendaris ini dimulai dan berkembang? Mari kita telusuri bersama latar belakang pembangunannya.
Pembangunan jembatan ini dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Yang kemudian diresmikan pada tanggal 11 November 1743.
Awalnya, jembatan ini dibangun sebagai penghubung penting antara kawasan timur Sungai Kali Mas, yang saat itu dihuni komunitas Tionghoa dan Arab, dengan kawasan barat yang menjadi pusat kegiatan Eropa pada masa VOC lho.
Fungsi strategisnya pun tidak terlepas dari peran Surabaya sebagai kota dagang tersibuk di timur Pulau Jawa.
Namun, yang membuat Jembatan Merah benar‑benar bersejarah adalah perannya dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Saat pasukan Sekutu dan NICA (Belanda) berupaya menguasai Surabaya pasca kemerdekaan, arek‑arek Suroboyo menjadikan jembatan ini sebagai salah satu benteng pertahanan.
Blokade menggunakan perabotan rumah tangga hingga kayu dan kabel pun dilakukan di sekitar jembatan untuk menghambat maju pasukan Sekutu.
Meski kemudian jembatan mengalami berbagai renovasi, termasuk penggantian pagar kayu dengan besi pada tahun 1890, warna merahnya tetap dipertahankan sebagai identitas visual yang mengingatkan pada masa perjuangan.
Memandang Jembatan Merah hari ini, kita tidak hanya melihat sebuah struktur fisik.
Melainkan juga warisan nilai keberanian, pengorbanan, dan semangat kolektif yang menandai bahwa Surabaya adalah “Kota Pahlawan”.
Dari sudut itu, jembatan ini bukan sekadar sarana transportasi.
Namun, juga sebagai cermin sejarah yang harus terus diingat hingga generasi selanjutnya untuk tidak melupakan akar perjuangan bangsa.
Selamat Memperingati Hari Pahlawan!
(Adentya Nabilah/Editor Aro)
#10 November
#Cagar Budaya
#hari pahlawan
#Jembatan Merah
#Kolonial Belanda
#Kota pahlawan
#Sejarah Jembatan Merah
#Surabaya



Berita Terkait

Trump Umumkan Gencatan Senjata, Israel-Iran Masih Saling Beri Sinyal!
Jawa Timur.Rabu, 25 Juni 2025

Janjikan Keberlanjutan, Khofifah & Tim Pemenangan Jombang Syukuran
Headlines.Sabtu, 28 Desember 2024

Mensos Gus Ipul Siapkan Jaminan Sosial untuk Korban Mushola Al Khoziny
Headlines.Sabtu, 11 Oktober 2025

Surabaya International Women’s Day: Tuntut Kesetaraan & Tolak RUU TNI
Jawa Timur.Kamis, 20 Maret 2025

