siginews

Santri Vs Trans7, Kenapa Hanya Choirul Tanjung? Kemanakah Kompas?

Reporter : Redaksi

Headlines

Rabu, 22 Oktober 2025

Waktu baca 7 menit

Santri Vs Trans7, Kenapa Hanya Choirul Tanjung? Kemanakah Kompas?

siginews.com-Jombang – Beberapa hari terakhir ini banyak demo dan aksi dari para santri di berbagai daerah di Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Para santri hingga alumni santri dari berbagai pondok pesantren, menuntut hingga menggugat tayangan di Xpose Uncensored di Trans7, yang dinilai menghina kiai dan pesantren.

Gelombang demo santri pun menuntut diantaranya, meminta Choirul Tanjung-pemilik televisi nasional Trans7 itu untuk meminta maaf hingga bertanggungjawab atas tayangan tersebut. Apakah hanya Choirul Tanjung (CT) saja yang harus bertanggungjawab?, bagaimanakah dengan Kompas? Dan kenapa Kompas juga harus ikut bertanggungjawab?. Ingatkah slogan yang digaungkan oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama kali, pada 17 Agustus 1966, “JAS MERAH, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”.

Ada semacam guyonan di kalangan media, paling enak itu menjadi wartawan olahraga atau infotainment, sebab bisa menulis bebas. Dalam dunia paparazzi pun juga ada adigium “Kami siapkan fotonya, wartawan yang menulisnya”. Bahkan untuk infotainment pun bisa disesuaikan selera penulisnya. Narasi “bombastis”, melebih-lebihkan dan bahkan “kejam” sudah menjadi kebiasaan atau pakemnya.

Wajar saja tayangan ‘infotainment’ Xpose Uncensored Trans 7 pada 13 Oktober 2025 terkait budaya pesantren, dengan narasi yang bombastis, berlebihan dan kejam. Tayangan yang menyinggung kalangan santri tersebut masih berbuntut Panjang. Narasi tayangan tersebut mengingatkan penulis akan Arswendo Atmowiloto, yang pernah menulis buku berjudul “Mengarang Itu Mudah”. Dan Arswendo sendiri dibesarkan dalam dunia infotainment dalam kariernya.

Menjelang peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober, banyak kegiatan yang dilakukan oleh para santri yang sudah menjadi tradisi tahunan seperti istighotsah dan sholawatan. Tahun 2025 ini, para santri punya ‘kegiatan baru’ yakni gerakan #Boikot Trans7 di media sosial hingga demo di berbagai daerah, terkait materi program Xpose Uncensored yang tayang di Trans7.

Hal itu mengakibatkan Andi Chairil Edward selaku Direktur Produksi Trans7 untuk melakukan klarifikasi. Bahkan menyatakan sudah memutus kontrak dengan rumah produksi Shandika Widya Cinema. Namun, klarifikasi ini tidak menyelesaikan masalah. Para santri tetap beraksi hingga mendatangi institusi atau lini usaha milik Chairul Tanjung-pemilik Trans 7.

Kondisi tersebut membuat para pimpinan Trans7 menggandeng tokoh NU yang dekat dengan media, seperti, Prof. Ir. KH Muhammad Nuh DEA. Beliau itu Rektor ITS periode 2003-2006, menteri di era Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yakni, Menteri Komunikasi dan Informatika (2007-2009), Menteri Pendidikan Nasional (2009-2014).

Prof Nuh, saat ini juga menjabat sebagai Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2022-2027.

Prof Nuh selain pengurus inti di PBNU, juga menjabat sebagai Komisaris Independen di Bank Mega Syariah. Bank Mega Syariah adalah salah satu lini usahanya milik Choirul Tanjung. Prof. Ir. Mohammad Nuh, DEA, juga pernah menjadi Ketua Dewan Pers, periode 2019-2022.

Selain Prof Nuh, juga ada tokoh muda NU yang berusaha membantu menyelesaikan persoalan ‘Trans7 Vs Santri’. Tokoh muda NU itu juga kader salah satu partai, dan pernah menjadi Calon Wakil Gubernur Jawa Timur.

Namun, upaya-upaya tersebut tidak bisa meredam amarah para santri dan alumni santri dari berbagai pondok pesantren di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan berbagai daerah lainnya.

Mencermati gerakan para santri terdapat tuntutan utama yakni adanya permintaan maaf dari pemilik Trans 7 yakni Choirul Tanjung (CT) kepada kiai sepuh KH M. Anwar Manshur, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Sampai hari ini, belum ada pernyataan resmi dari CT. Mengapa Choirul Tanjung belum meminta maaf? Keengganan CT ini menimbulkan tanda tanya siapakah pemilik Trans 7?

Dari data yang didapat penulis, diketahui bahwa pemilik televisi Trans7 dimiliki oleh sebuah perusahaan tertutup bernama PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (PT DVNTT).

Perusahaan PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh ini memiliki modal disetor sebesar Rp 169,2 miliar dengan komposisi pemegang saham sebagai berikut :

* PT Teletrans Media (PT TM) dengan kepemilikkan saham sebanyak 44,7 %.
* PT Trans Media Corpora ( PT TMC) sebanyak 29,8 %.
* PT Trans Rekan Media (PT TRM) sebanyak 25,5 %.

Dari komposisi itu, dua pemegang saham yakni PT Trans Media Corpora dan PT Trans Rekan Media terafiliasi dengan CT. Gabungan kedua perusahaan ini total sahamnya lebih kurang 55,3 %. Wajar pula jika CT dalam PT DVNTT menjadi Komisari Utama.

Berikut ini jajaran komisaris dan direksi PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (PT DVNTT) :

* Komisaris Utama : Chairul Tanjung
* Wakil Komisaris Utama : Antonius Irwan Oetama
* Komisaris : Remigius Harli Ojong
* Komisaris : Ishadi SK

Untuk jabatan direksi dijabat :

* Direktur Utama : Nur Wahyuni Susilowati
* Direktur : Christina Suswati Handayani
* Direktur : Andi Chairil Edward

Iklan Wirajatimkso - Potrait

Kemudian, untuk PT Teletrans Media (PT TM) diketahui sebuah perusahaan yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan 26-28, Gelora Tanah Abang, Jakarta. Perusahaan ini memiliki modal disetor sebesar Rp. 550 miliar. Dengan komposisi PT. Trans Tito Tata Media (PT TTTM) memiliki saham sebesar 99,99 % dan sisanya milik PT Wahana Medianthara Bhakti.

PT Teletrans Media (PT TM) memiliki susunan komisaris dan direktur sebagai berikut :

* Komisaris Utama : Remigius Harli Ojong.
* Komisaris : Antonius Irwan Oetama
* Komisaris : Emanuel Ernawan
* Komisaris : Francisia Saveria
* Komisaris : Petrus Kanisius Heru Saksono
* Direktur : Lilik Oetomo.

Sedangkan, PT Trans Tito Tata Media (PT TTTM) beralamatkan di Jl Kebahagiaan No 4-11, RT 001, RW 001 Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Dengan modal disetor sebesar Rp. 1 Trilyun dengan komposisi PT Kompas Media Nusantara sebanyak 87,1 % dan PT Gramedia sebesar 12,9 %.

Untuk jajaran komisaris dan direksi PT Trans Tito Tata Media (PT TTTM) sebagai berikut:

* Komisaris Utama : Remigius Harli Ojong
* Komisaris : Antonius Irwan Oetama.

* Direktur Utama : Lilik Oetomo
* Direktur : Hari Susanto Surjotedjo

Dari penelusuran tersebut, terdapat 3 (tiga) lapis kepemilikan dari Trans7.

Didasarkan penelusuran 3 lapis kepemilikan bisa disimpulkan pemilik Trans 7 adalah PT Kompas Media Nusantara sebesar 38,9%, PT Trans Media Corpora sebanyak 29,8% dan PT Trans Rekan Media sebanyak 25,5% dan 5,8% dimiliki PT Gramedia.

Bila PT Trans Media Corpora dan PT Trans Rekan Media merujuk pada nama Chairul Tanjung maka dua perusahaan lainnya merujuk pada Antonius Irwan Oetama dan Remigius Harli ojong.

Penulis juga mendapat informasi bahwa lapis keempat dari PT TM, ini bila dibuka juga ada bisa senggol seorang guru besar dari kampus ternama, yang juga anak Menteri di zaman Sokearno yang berkaitan dengan Agama tertentu, suku tertentu dan etnis tertentu.

Tiga lapis kepemilikan ini, secara umum biasanya digunakan atau tidak menutup kemungkikan untuk menyamarkan kepemilikan dari penerima manfaat. Selain itu, kondisi kepemilikan saham tersebut juga tidak menutup kemungkinan pencucian uang. Apabila, ada masalah tentunya akan menyulitkan siapa yang harus bertanggung jawab?. Seperti kejadian sekarang ini, CT harus seorang diri di “hukum”, padahal ada yang pemilik-pemilik Trans7 lainnya yang harus turut bertanggungjawab.

Oleh karena itu bila santri yang marah kepada tayangan Trans7 dengan menuntut pemiliknya yakni Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” untuk meminta maaf, maka lebih adil jika tuntutan itu juga diarahkan kepada Antonius Irwan Oetama dan Remigius Harli Ojong. Istilahnya santri harus All In for All Out. Jadi, selain CT, Antonius Irwan Oetama dan Remigius Harli Ojong, juga harus meminta maaf ke pengasuh Ponpes Lirboyo KH Anwar Manshur, kiai-kiai dari pesantren lainnya.

Terlebih bapaknya Antonius Irwan Oetama dimasa lalu juga pernah memiliki saham disebuah perusahaan media, yang mengambil segmen infotainmet yakni Tabloid Monitor. Di Tahun 1990 lalu, Media tersebut pernah membuat liputan yang menghina umat Islam dengan menyebut Nabi Muhammad sebagai tokoh nomor 11 dibawah Soeharto, BJ Habibie dan Arswendo Atmowiloto.

Waktu itu, tokoh sentralnya yakni Arswendo Atmowiloto, harus merasakan jeruji besi alias di penjara selama empat tahun enam bulan. Terlebih sudah ada laporan ke pihak kepolisian. Akankah gerakan para santri saat ini akan mendorong pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk ke Penjara,? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.

Namun seperti Tabloid Monitor, rumah produksi Shandika Widya Cinema pun juga memiliki hubungan istimewa dengan Kompas. Akhirnya penulis ingat apa yang pernah dikatakan oleh seorang filosuf Jerman, tapi maaf lupa namanya “sejarah Berulang dengan Sendirinya, yang pertama itu tragedi, yang kedua itu lelucon”.

Semoga santri bisa berlaku adil, dan dari pihak Trans7 yang bertanggung jawab segera meminta maaf. Kepala boleh panas tapi hati harus tetap jernih, tidak ada kata ikhlas dalam surat Al-Ikhlas.

Selamat Hari Santri 2025.

Jombang, 22 Oktober 2025

Penulis :
Sutikno
Santri Nderek Ponpes Al-Aziziyyah, Denanyar, Jombang.

#Antonius Irwan Oetama

#Arswendo Atmowiloto

#Choirul Tanjung

#Denanyar

#Hari Santri Nasional 2025

#Headlines

#headlines banner

#Jombang

#Kediri

#Kenapa Hanya Choirul Tanjung? Kemanakah Kompas?

#KH M. Anwar Manshur

#kompas

#Opini

#pemilik Trans7

#Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo

#Peringatan Hari Santri Nasional 2025

#Ponpes Al-Aziziyyah

#prof m nuh

#PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh

#PT Teletrans Media

#Remigius Harli Ojong

#Santri demo trans7

#Santri Vs Trans7

#Trans7

#Xpose Uncensored

image ads default
Pasang Iklan di Sini
Jangkau ribuan pembaca setia setiap hari. Jadikan iklan Anda pusat perhatian.