Sedekah Bumi Dukuh Karangan, Tetap Meriah Tanpa Dihadiri Wali Kota
Reporter : Redaksi
Headlines
Minggu, 21 September 2025
Waktu baca 4 menit

siginews.com-Surabaya – Sedekah Bumi Dukuh Karangan berhasil digelar dengan sukses, lebih rapi daripada sidang DPR yang sering molor quorum.
Dengan penampilan bintang tamu spesial, seniman ludruk legendaris asal Surabaya, Cak Kartolo, Ning Tini, Cak Jadi Galajabo, Ning Dewi, dan Ludruk Citra Baru sukses membuat warga larut dalam kegembiraan, hingga lupa sejenak harga beras, lupa akan huru hara politik.
Namun, di tengah kemeriahan acara, Ketua Panitia Kusnan tak bisa menutupi rasa kecewanya karena Walikota tidak hadir.

Ketika siginews.com bertanya, apakah Walikota akan hadir dalam gelaran Budaya ini, Cak Kusnan Menjawabnya dengan lirih.
“Saya kurang tahu, surat sudah saya sampaikan satu bulan kemarin, saya sudah kontak Aspri, namun tidak ada tembusan hingga jam sekian,” ujarnya.
“Warga sini berharap beliau hadir, saya merasakan kekecewaan di mata warga,” imbuh Kusnan.
Meskipun acara berjalan lancar dan meriah, ketidakhadiran Wali Kota menyisakan rasa kecewa yang mendalam, baik bagi panitia maupun warga yang telah menantikan kehadirannya.

Sementara, acara tahunan yang di laksanakan ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan dan berkahnya.
Acara yang berjalan hampir satu minggu, diawali tanggal 14 September 2025 dengan Karnaval Budaya. Dilanjutkan tanggal 18 di buka Pengajian Umum.
Hari Jumat tanggal 19 September 2025 dengan Pagelaran Wayang Kulit, dan di tutup pada tanggal 20 September 2025 dengan pementasan Ludruk, dan lawak Cak Kartolo Cs dan Cak Jadi Galjapo.

“Kemarin, hari Jumat, acara wayang dihadiri pak Camat Wiyung, sekarang beliau izin tidak bisa hadir, dan diwakili Sekcam. Saat ini Bu Lurah Babatan Yang hadir namun tidak bisa lama-lamal sebab masih dalam berkabung,” ujar Cak Kusnan.
Sekitar pukul 22.30 WIB, kepala Dinas Disporapar datang, BP Hidayat Syah, usai menghadiri acara resepsi salah satu pejabat Pemkot. Namun beliau juga tidak lama, sebab besok pagi harus menghadiri acara di Jalan Tunjungan.

Acara penutupan Sedekah Bumi, dengan pementasan Ludruk, yang diawali dengan bunyi petasan menggelegar.
Sementara, waktu menunjukkan lewat tengah malam, namun masyarakat kian malam kian bertambah, tak ada sela kosong, berhimpit memadati sekitar panggung Kampung Dukuh Karangan.

Salah seorang tokoh masyarakat yang tidak mau dituliskan namanya, yang hadir di acara itu, turut menanggapi tentang ketidakhadiran Wali Kota di acara Kebudayaan ini.
“Ini bukan soal sibuk atau tidak sibuk, kalau memang sibuk, pasti ada perwakilan,” ujarnya.
Lanjutnya, “Padahal, kalau dipikir, hampir semua pejabat itu sibuk. Ada yang sibuk memikirkan proyek trotoar, ada yang sibuk selfie di luar negeri, dan ada juga yang sibuk memastikan sudah viral kah kegiatan dia di medsos, wajar saja, waktu untuk rakyat yang tengah mempertahankan budaya Adi Luhung, sering terselip di sela-sela agenda pencitraan.”

Cak Kusnan mengatakan, namun justru di sinilah letak paradoks politik Surabaya. Rakyat tiap tahun setia menggelar sedekah bumi tanpa dana hibah, bahkan tanpa amplop seremonial. Inisiatif lahir dari rakyat, berlangsung di tengah rakyat, dan untuk rakyat.
Sementara para pejabat sering kali hanya hadir kalau ada panggung dan mic, supaya bisa bilang: “Saya mendukung budaya lokal.”
Ia juga mengungkapkan, mengajak memahami kata jujur—apa arti “hadir” bila hanya untuk basa-basi? Budaya bukan daftar hadir, tapi kesadaran kolektif. Jadi jangan salah kaprah: rakyat bersedekah untuk bumi, bukan untuk pejabat. Kalau pun ada yang sedekah kursi, ya itu adanya di gedung dewan, bukan di Dukuh Karangan.
Dengan demikian, kekecewaan Warga Dukuh Karangan sebenarnya tidak perlu. Justru absennya pejabat membuktikan satu, bahwa sedekah bumi lebih murni tanpa protokoler, tanpa sambutan panjang, tanpa pemotongan pita.
Dalam penutupan Cak Kusnan menyampaikan, bahwa rakyat tertawa menonton ludruk, bumi tersenyum menerima syukur dari Rakyat, sementara pejabat entah sibuk di mana. Itulah laboratorium kebudayaan—tempat rakyat belajar bahwa politik bisa absen, tapi budaya selalu hadir.
(Adentya Nabilah/Editor Aro)
#Cak Kusnan
#Eri Cahyadi
#Ludruk Cak Kartolo
#Pawai tradisi sedekah bumi
#Sedekah Bumi
#Sedekah Bumi Dukuh Karangan
#Vak Kartolo
#Wali Kota Er Cahyadi



Berita Terkait

Siap-Siap! Inilah 6 Kebijakan Baru Pendidikan yang Berlaku di 2025
Headlines.Sabtu, 25 Januari 2025

LaNyalla Apresiasi Papua Barat Daya Genjot SDM Pendidikan dan Olahraga
Daerah.Sabtu, 6 Juli 2024

Ini Dia Efek Dahsyat Ayah Ikut Mengantar di Hari Pertama Sekolah
Lifestyle.Selasa, 15 Juli 2025

Reshuffle Jilid Dua: Posisi Menko Polkam dan Menpora Jadi Kursi Panas
Nasional.Senin, 8 September 2025

