Wisma Jerman Fasilitasi Pameran Karya Seniman Lokal Tenun Gedhog Tuban
Reporter : Anggoro
Bisnis
Jumat, 31 Oktober 2025
Waktu baca 4 menit

Siginews.com-Surabaya – Karya seni eksentrik bertajuk ‘Entah Dalam Koma’ yang dibawakan oleh seniman perempuan Tuban, Uzzaer Ruwaidah, dipastikan akan mengisi ruang pamer Wisma Jerman Surabaya.
Pameran tunggal ini diselenggarakan mulai besok, 31 Oktober hingga 2 November 2025, di Wisma Jerman, Jl. Taman AIS Nasution 15, dan terbuka untuk umum tanpa biaya.
Dukungan penuh dari Wisma Jerman ini diapresiasi langsung oleh Direktur Pelaksana Mike Neuber, yang menyebut pameran ini sebagai upaya lembaga dalam mengapresiasi dan mendukung pelestarian tradisi tenun gedhog Tuban yang saat ini menghadapi kelangkaan.
“Wisma Jerman selalu berusaha mendukung seniman lokal dan memberikan ruang ekspresi bagi mereka, apalagi yang membawa pesan penting seperti pelestarian tenun ini. Karena tenun adalah tradisi yang mungkin bisa dibilang diancam punah,” ujar Mike.
Menurutnya, kegiatan semacam ini menjadi sarana efektif untuk membangkitkan kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga warisan budaya.
“Di Jerman sendiri budaya menenun tradisional sudah nyaris tak ada, hanya bisa dilihat di museum. Karena itu, kami sangat menghargai upaya seperti yang dilakukan Uzzaer ini,” tambahnya.
Jadi Upaya Pelestarian Budaya Lokal
Karena tenun adalah sebuah tradisi yang mungkin bisa dibilang terancam punah, bagi Mike, hal ini bisa menjadi suatu cara untuk membuat orang sadar melestarikan tradisi lokal.
“Bukan hanya ini, tetapi dalam acara ini ya khusus melestarikan cara pembuatan tenun yang cukup unik dan lama. Dan saya diberitahu bahwa memang hanya ada beberapa orang yang bisa melakukan itu (tenun) dan mereka semua sudah tua, sayang sekali,” kata Mike.
Meski belum bisa dibilang warisan budaya secara formal yang diakui UNESCO atau semacamnya, Mike menilai, pameran ini memanglah sebuah warisan budaya yang terancam punah, sehingga sangat perlu dipertahankan dan dilestarikan.
“Anggapan pribadi saya atas karya seni di pameran ini, bahwa saya suka karya yang penuh warna. Jadi, ini ada campuran ya ada yang sangat berwarna-warni seperti itu,” ucap Mike.
“Tapi ada juga yang lebih tenang mungkin ya karena warnanya tidak mencolok. Tapi tetap bisa diapresiasi menurut saya karena di sini juga terlihat uniknya karena ini juga pakai dua jenis kapas yang putih dan yang coklat. Sepertinya saya memang cenderung suka yang lebih berwarna ya tetapi ini juga menarik,” sambungnya.
Mike pun mengapresiasi usaha dari penyelenggara pameran termasuk seniman yang memajang karyanya, untuk membangkitkan kesadaran terhadap tenun ini dan proses yang di belakang tenun ini dari dasar pembuatannya.
“Di Jerman sendiri setahu saya tidak ada budaya seperti ini, tenun pasti tidak ada. Yah walaupun memang cara membuat kain yang tradisional pasti juga ada di Eropa. namun mungkin hanya bisa dilihat di museum atau mungkin ada 1-2 artis yang masih juga melakukannya, namun tentu itu sebagai karya seni atau kesenian bukan seperti di Tuban, Indonesia yang merupakan pekerjaan,” tuturnya.
Diungkapkan Mike, sebetulnya pameran seni seperti ini bukan yang pertama kalinya diadakan Wisma Jerman Surabaya karena dulu juga ada pameran batik dari pesisir Probolinggo. Dengan pameran kali ini, sekali lagi Wisma Jerman Surabaya membuktikan komitmennya dalam mendukung pelestarian karya seni lokal.
Menghormati Proses, Bukan Sekadar Hasil
Pameran ‘Entah Dalam Koma’ menampilkan karya-karya Uzzaer yang memadukan benang, akar beringin, kapas, dan kain tenun gedhog Tuban dalam visual yang sarat makna.
“Pameran ini bukan perayaan hasil, melainkan penghormatan terhadap proses. Hidup, seperti benang dan akar, tidak pernah selesai disusun, sehingga ia hanya berganti koma,” ungkap Uzzaer dalam sesi wawancaranya.
Uzzaer menegaskan bahwa setiap proses kreatifnya selalu berpijak pada prinsip keberlanjutan dan cinta terhadap alam. Ia mengolah bahan-bahan alami dan kimia secara ramah lingkungan agar tidak merusak ekosistem.
“Seperti daur ulang, perulangan itu akan terus terjadi. Alam pun tidak rugi akan itu,” tegasnya.
Tema “Entah Dalam Koma” pada pameran ini, dipaparkan Uzzaer berangkat dari refleksi pribadinya tentang perubahan dan proses menjadi.
“Selama ini saya hidup dengan berbagai benturan. Tapi dari situ saya menjelma jadi ‘saya’ yang baru. Jadi berproses itu adalah pernyataan akan hidup,” pungkasnya.
Pameran ini merupakan pameran tunggal kelima bagi Uzzaer, yang juga dikenal melalui UMKM kain wastra dengan merek Uzzair. Karya-karyanya pernah masuk nominasi 100 besar J+Art Award dan lima besar Dekranas Award kategori kain.
(Editor Aro)
#Batik tenun gedog lowo tuban
#Jawa Timur
#Mike Neuber
#Pameran seni
#Seni
#Tenun
#Tuban
#Uzzaer Ruwaidah
#Wisma jerman Surabaya



Berita Terkait

Perjudian PSSI Rekrut Pelatih Baru Timnas, Siapa yang Dirugikan?
Headlines.Kamis, 9 Januari 2025

Jamin Daging Kurban Sehat, Wali Kota Eri Cek Langsung di RPH Surabaya
Headlines.Jumat, 6 Juni 2025

90 Siswa SMP Diberangkatkan ke Barak Militer Kostrad, Diangkut 4 Truk
Nasional.Sabtu, 31 Mei 2025

Aliansi Buruh Jombang Peringati Mayday, Turun Jalan Suarakan Tuntutan
Jawa Timur.Kamis, 1 Mei 2025

