Jakarta – Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung di tingkat petani ditetapkan sebesar Rp 5.500 per kilogram (Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional/NFA Nomor 18 Tahun 2025).
HPP ini akan menjadi acuan bagi Bulog untuk menyerap hasil panen petani demi memperkuat stok CJP dan menjaga stabilitas harga.
“Penetapan HPP jagung ini berdasarkan hasil Rakortas Menko Bidang Pangan pada awal Januari lalu. Pada saat itu ditetapkan pemberlakuan kenaikan HPP jagung ke Rp 5.500 per kilogram untuk awal Februari ini dengan mempertimbangkan musim panen jagung,” ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya, Sabtu (8/2) di Jakarta.
Arief menambahkan, harga ini melindungi petani dan bisa tetap bertahan dalam persaingan di pasaran.
“Penetapan harga ini bertujuan untuk melindungi petani dari fluktuasi harga yang merugikan serta memastikan harga jagung tetap kompetitif bagi industri hilir. Dengan HPP sebesar Rp 5.500 per kg, kami berharap keseimbangan antara produsen dan konsumen tetap terjaga,” tambah Arief.
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen pada triwulan pertama 2025 dapat mengalami peningkatan 1,4 juta ton atau 41,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Januari 2025 ini proyeksi produksinya dapat mencapai 1,33 juta ton, Februari 1,39 ton, dan Maret 2,08 juta ton. Totalnya menjadi 4,81 juta ton.
Sementara pada triwulan 2024 yang lalu berada di total 3,40 juta ton. Dengan Januari 2024 di angka 512 ribu ton, Februari di 838 ribu ton, dan Maret 2,05 juta ton. Adanya eskalasi signifikan produksi jagung dalam negeri tentunya disikapi komitmen pemerintah untuk menyerap guna mempertebal stok CJP yang dikelola oleh BUMN pangan.
Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% pada triwulan pertama tahun 2025 diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,4 juta ton atau 41,38% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada bulan Januari 2025, proyeksi produksi jagung diperkirakan mencapai 1,33 juta ton, diikuti oleh 1,39 juta ton pada bulan Februari, dan 2,08 juta ton pada bulan Maret. Sehingga total produksi pada triwulan pertama 2025 diperkirakan mencapai 4,81 juta ton.
Sebagai perbandingan, pada triwulan pertama tahun 2024, total produksi jagung hanya mencapai 3,40 juta ton, dengan rincian 512 ribu ton pada bulan Januari, 838 ribu ton pada bulan Februari, dan 2,05 juta ton pada bulan Maret.
Peningkatan signifikan dalam produksi jagung dalam negeri ini diantisipasi oleh pemerintah dengan komitmen untuk melakukan penyerapan hasil panen guna memperkuat stok Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) yang dikelola oleh BUMN pangan. (Aro)