Siginews-Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan aktivitas pelaku usaha banyak melakukan ekspor sebagai faktor dominan di balik kenaikan harga kelapa bulat yang signifikan.
Ia menjelaskan bahwa dinamika pasar global saat ini menawarkan harga ekspor yang lebih kompetitif dibandingkan harga domestik.
Kondisi ini mendorong alokasi pasokan kelapa yang lebih besar ke pasar internasional, yang secara konsekuen mengurangi ketersediaan di pasar domestik dan menyebabkan peningkatan harga.
“Analisis kami menunjukkan bahwa disparitas harga antara pasar ekspor dan domestik menjadi pendorong utama peningkatan volume ekspor kelapa. Hal ini, sayangnya, berdampak pada ketersediaan dan harga di pasar dalam negeri,” papar Menteri Budi di sela-sela kegiatan di Kementerian Perdagangan, Kamis (17/2).
Menyadari dilema antara kebutuhan domestik dan kepentingan eksportir, Mendag Budi berencana mengadakan pertemuan dengan petani dan pelaku usaha untuk mencari titik temu harga yang adil. Ia menekankan perlunya keseimbangan agar pasokan dalam negeri tetap terjaga tanpa merugikan petani dan eksportir.
“Kita akan duduk bersama dengan petani dan eksportir untuk menemukan harga yang saling menguntungkan. Tujuannya agar pasar domestik terpenuhi, namun petani dan eksportir juga tidak dirugikan,” ungkapnya.
Lonjakan harga kelapa bulat yang mencapai rekor Rp 25.000 per butir mendapatkan respons langsung dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Ia menjelaskan bahwa permintaan ekspor yang tinggi menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga tersebut. Sebagai langkah antisipasi, Kementan berupaya mempercepat program penanaman kelapa untuk meningkatkan produksi dalam negeri, sesuai arahan Presiden.
“Presiden telah menginstruksikan agar kita segera meningkatkan produksi kelapa. Kita sedang mempercepat penanaman untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, terutama dari ekspor,” jelas Amran Sulaiman di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (17/2).
Menteri Amran menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa bulat terbesar dunia, dengan produksi mencapai 1,8-1,9 juta ton per tahun.
(Editor Aro)