siginews-Surabaya – Ditengah skandal fiktif BankJatim Cabang DKI Jakarta senilai Rp.569 miliar, BankJatim menggelar RUPS, pada Kamis (22/5/2025). Salah satu keputusan RUPS adalah tetap membagikan deviden sebesar Rp. 821 miliar. Laba Bersih Bank Jatim sendiri pada tahun 2024 sebesar Rp.1, 281 Triliun. Lantas sisanya kemana?. Masihkah ada tantiem bagi direksi dan komisaris?.
Terdapat sedikitnya 4 komponen untuk menilai keberhasilan sebuah perbankan yakni jumlah asset, jumlah kredit kepada pihak ketiga, jumlah simpanan pihak ketiga dan laba bersih. Idealnya semua naik dengan proporsional yang sama, bila tidak, bisa dikatakan Bank tersebut ada masalah.
Membaca laporan tahunan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim tahun 2024 akan kita dapatkan penjelasan bahwa Bank ini ditahun 2024 penuh dengan masalah. Memang bila melihat total asset sebesar Rp. 118.14 triliun tentunya ada peningkatan 13.76 % dari tahun sebelumnya, ini setara dengan jumlah sebesar Rp.14,28 triliun. Peningkatan asset ini memang melebihi proyeksi yang ada dalam laporan tahunan BankJatim tahun 2023, hanya naik 0,9 triliun saja.
Peningkatan asset lebih banyak didorong oleh peningkatan kredit kepada pihak ketiga. Terdapat peningkatan Kredit sebesar 37,6% atau setara dengan Rp.20 triliun lebih. Tahun 2024 total kredit kepada pihak ketiga sebesar Rp.75,24 triliun. Otomatis ini meningkatkan resiko, hal ini terlihat dari peningkatan dana cadangan kerugian penurunan nilai, yang nilainya naik 54,83%. Peningkatan kredit kepada pihak ketiga ini juga melampui proyeksi tahun 2024 dengan peningkatan sebesar Rp.8,39 triliun.
Celakanya, peningkatan asset dan peningkatan kredit tidak dibarengi dengan peningkatan simpanan pihak ketiga. Jika dalam proyeksi tahun 2024 ditargetkan sebesar Rp.100,308 triliun realisasinya sebesar Rp.62,787. Nilai inipun dibawah pencapaian tahun 2023 sebesar Rp.63,205 triliun. Imbas dari semuanya laba bersih sebesar Rp. 1,281 triliun. Bila dibandingkan proyeksi turun sebesar Rp. 0,96 triliun. Dan bila dibandingkan dengan pencapaian 2023 turun sebesar Rp.0,189 triliun.
Dari laporan tahunan BankJatim 2024 wajar jika ada kredit fiktif Rp. 569 miliar, sebab ekspansi kredit tanpa dibarengi dengan pengawasan. Ibaratnya komisaris dan direksi bergaya bus Sumber Kencono yakni “rem los dol”. Mengingat jumlah kredit fiktif hanya 2,1% dari peningkatan kredit pihak ketiga, bukan tidak mungkin juga ada kredit fiktif di cabang lain.
Sementara itu, dari laba bersih Rp.1,281 triliun tersebut, Rp. 821 miliar dialokasikan untuk deviden, sisanya yakni Rp. 460 miliar untuk cadangan umum. Belum diumumkan berapa besaran tantiem (penghargaan atau pembagian keuntungan) untuk para direksi dan komisaris. Namun berdasarkan tahun sebelumnya besaran tantiem adalah 13,5% dari cadangan bonus, yang mana besaran cadangan bonus itu 20% dari laba bersih.
Bila masih seperti tahun sebelumnya maka besaran tantiem untuk direksi dan komisaris sebesar Rp.1,281 x 20% x 13,5 %= Rp.34,587 miliar. Turun Rp.5 milyar dibanding tahun 2023. Lantas apakah tantiem yang turun ini berkolerasi dengan peningkatan kredit tanpa pengawasan? Entahlah.
(wsd)