Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengonfirmasi bahwa konvoi 25 truk bantuan pangan mereka diserang tak lama setelah memasuki Gaza, di mana mereka bertemu dengan “kerumunan besar warga sipil yang kelaparan.” WFP menegaskan, “segala kekerasan yang melibatkan warga sipil yang mencari bantuan kemanusiaan sama sekali tidak dapat diterima.”
siginews-Gaza Utara – Situasi di Jalur Gaza kembali memburuk secara drastis pada Minggu (20/7/2025). Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 67 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel saat mereka menunggu truk bantuan PBB di Gaza utara.
Insiden ini menambah panjang daftar korban jiwa di tengah krisis pangan dan kemanusiaan yang makin parah, hanya sehari setelah 36 orang tewas dalam insiden serupa pada Sabtu.
Kementerian Kesehatan juga melaporkan puluhan orang terluka dalam serangan di Gaza utara, dan enam lainnya tewas di dekat lokasi bantuan lain di wilayah selatan.
Respons Israel dan Kecaman Internasional
Militer Israel mengklaim pasukannya melepaskan tembakan peringatan ke arah kerumunan ribuan orang di Gaza utara untuk menyingkirkan “ancaman langsung”.
Mereka juga menyatakan temuan awal menunjukkan jumlah korban yang dilaporkan “digelembungkan” dan menegaskan “tentu saja tidak secara sengaja menargetkan truk bantuan kemanusiaan.” Mengenai insiden di selatan, militer Israel belum memberikan komentar.
Sementara, Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengonfirmasi bahwa konvoi 25 truk bantuan pangan mereka diserang tak lama setelah memasuki Gaza, di mana mereka bertemu dengan “kerumunan besar warga sipil yang kelaparan.”
WFP menegaskan, “segala kekerasan yang melibatkan warga sipil yang mencari bantuan kemanusiaan sama sekali tidak dapat diterima.”
Seorang pejabat Hamas, yang berbicara kepada awak media, menyatakan kemarahan atas meningkatnya kematian dan krisis kelaparan, memperingatkan bahwa hal ini dapat berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Qatar.
Secara total, otoritas kesehatan Gaza menyebutkan 90 orang tewas akibat tembakan dan serangan udara Israel di seluruh wilayah kantong itu pada hari Minggu.
Gelombang Evakuasi dan Ancaman Kelaparan Meluas
Di sisi lain, setelah militer Israel menyebarkan selebaran yang mendesak warga untuk mengungsi dari lingkungan di Deir al-Balah, Gaza tengah, penduduk melaporkan pesawat Israel menyerang tiga rumah di daerah tersebut. Ribuan keluarga mulai meninggalkan rumah mereka, menambah ratusan ribu warga Gaza yang sebelumnya sudah mengungsi dan berlindung di Deir al-Balah.
Militer Israel menyatakan tidak memasuki distrik yang menjadi sasaran perintah evakuasi dan terus beroperasi dengan kekuatan besar untuk menghancurkan kemampuan musuh dan infrastruktur teroris di wilayah tersebut.
Sumber-sumber Israel menduga tentara tidak ikut serta dalam serangan darat karena kekhawatiran Hamas mungkin menyandera orang-orang di sana. Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup, dan keluarga sandera menuntut penjelasan dari tentara.
Kekhawatiran akan terjadinya kelaparan di Gaza semakin meningkat. Pejabat kesehatan Palestina memperingatkan ratusan orang berisiko meninggal akibat kelangkaan makanan dan terhentinya pengiriman bantuan.
“Kami memperingatkan bahwa ratusan orang yang tubuhnya telah membusuk berisiko mengalami kematian mendadak karena kelaparan,” kata Kementerian Kesehatan, yang dikendalikan oleh Hamas. PBB juga menyerukan bantuan segera bagi warga sipil yang kelaparan.
Paus Leo menyampaikan kesedihan mendalamnya atas serangan Israel terhadap satu-satunya gereja Katolik di Gaza yang menewaskan tiga orang pada Kamis, menyerukan diakhirinya “kebiadaban perang.”
Krisis Pangan dan Kelaparan
Krisis pangan sangat terasa; tepung dan kebutuhan pokok lainnya makin sulit ditemukan. Kementerian Kesehatan melaporkan setidaknya 71 anak meninggal dunia akibat malnutrisi selama perang, dengan 60.000 lainnya menderita gejala malnutrisi.
Pada Minggu malam, 18 orang dilaporkan meninggal karena kelaparan dalam 24 jam terakhir. Harga pangan melonjak, jauh di luar jangkauan lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Warga Gaza mengungkapkan mereka hanya makan sekali atau bahkan tidak makan sama sekali dalam 24 jam terakhir. “Orang-orang yang tidak mati karena bom akan mati kelaparan. Kami ingin perang ini segera berakhir, gencatan senjata, bahkan untuk dua bulan,” ujar Ziad, seorang perawat.
Banyak yang merasa pusing dan pingsan di jalanan, sementara para ayah terpaksa menghindari anak-anak mereka yang kelaparan.
UNRWA, badan pengungsi PBB untuk Palestina, menuntut Israel mengizinkan lebih banyak truk bantuan masuk ke Gaza, menegaskan bahwa ada cukup makanan untuk seluruh penduduk selama lebih dari tiga bulan yang tidak diizinkan masuk.
Militer Israel menyatakan mereka “memandang pemindahan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sebagai hal yang sangat penting, dan berupaya untuk memungkinkan dan memfasilitasi masuknya bantuan tersebut.”
Negosiasi Gencatan Senjata di Ujung Tanduk
Beberapa warga Palestina menduga tindakan militer di Deir al-Balah adalah upaya menekan Hamas agar membuat lebih banyak konsesi dalam negosiasi gencatan senjata yang berlangsung di Doha. Israel dan Hamas terlibat dalam pembicaraan tidak langsung yang bertujuan mencapai gencatan senjata 60 hari dan kesepakatan penyanderaan, namun belum ada tanda-tanda terobosan.
Perang ini dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 58.000 warga Palestina, menyebabkan hampir seluruh penduduk mengungsi dan menjerumuskan wilayah itu ke dalam krisis kemanusiaan yang parah.
(Sumber: Reu/Editor Aro)