Surabaya – Staf Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris di Indonesia mengunjungi PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Jawa Timur. Beberapa diantaranya membahas tentang sengketa antara Israel – Palestina.
Staf Kedubes Inggris yang berkunjung ke Kantor PWNU Jatim yakni, Matthew Perrement (Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Kedubes Inggris) dan Erlin Puspitasari (Manajer Regional Jawa Timur di Kedubes Inggris) beserta dua staf Kedubes lainnya.
Sedangkan dari PWNU Jatim yang menerima kunjungan dari jajaran Syuriah dan Tanfidziah yakni, KH Abd Matin Djawahir (Wakil Rais Syuriah), KH Husnan Dimyati (Wakil Rais), KH Sholeh Hayat (Wakil Katib), Prof DR H Kacung Marijan PhD (Wakil Ketua Tanfidziah), Prof DR H Maskuri Msi (Wakil Ketua), dan H Yusuf Adnan S.kom MM MB (wakil Bendahara).
“NU itu fokus pada Keislaman, Kebangsaan, dan Kemanusiaan dengan empat karakter yakni tawassuth atau di tengah (tidak ekstrem), tawazun atau seimbang (aqli-naqli), i’tidal (tegak lurus pada kebenaran), dan tasamuh atau toleran (menghargai/hormat pada pluralisme),” ujar KH Abd Matin Djawahir di sela menerima kunjungan Staf Kedubes Inggris di PWNU Jatim, Selasa (29/10/2024).
Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jatim Prof DR H Kacung Marijan PhD menambahkan bahwa pandangan NU terhadap Israel dan Palestina adalah sesuai dengan karakter NU yakni, NU mendukung Palestina dan solusi dua negara yakni Palestina dan Israel.
“Solusi yang mempercepat perdamaian itu akan menghentikan perang, mencegah korban lebih banyak, dan menghentikan kerugian ekonomi, karena perang itu sangat mempengaruhi ekonomi dunia, termasuk Indonesia, karena itu NU berharap Inggris bersikap tegas,” kata Kacung.
Menanggapi pandangan NU itu, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Kedubes Inggris, Matthew Perrement, menyatakan setuju bahwa perang dimanapun itu sangat merugikan semua pihak, karena itu Inggris akan berusaha menghentikan perang.
“Di negara kami sendiri (Inggris) juga banyak orang yang berdemonstrasi mendukung Palestina dan setuju dengan solusi Indonesia untuk dua negara yakni Israel dan Palestina, karena itu kami sudah mulai mengurangi pasokan senjata ke Israel,” kata Matthew Perrement.
Selain perang Israel-Palestina, topik pembicaraan dalam kunjungan itu juga membahas tentang potensi kerja sama Indonesia-Inggris, terutama dalam pendidikan dan perkembangan teknologi digital terkait AI (Artificial Intelligence). AI itu ibarat pisau bermata dua yang bisa bermanfaat, tapi juga bisa menjadi ancaman.
“Soal AI sudah pernah dibahas bersama antara kami dengan Indonesia. Kami (Inggris) fokus pada mis-informasi sebagai ancaman AI, apalagi di Indonesia ada pemilu/pilkada,” katanya.
“Untuk pendidikan sudah ada rintisan kerja sama kami dengan Bu Khofifah (Pemprov Jatim), yang bisa dikembangkan dengan lembaga pendidikan/pesantren NU yang mandiri,” jelas Perrement. (roi)