• Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
Siginews.com
  • Home
  • Indepth
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Ekbis
  • Sport
  • Lifestyle
  • Daerah
  • Indeks
Siginews.comSiginews.com
  • Home
  • Indepth
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Ekbis
  • Sport
  • Lifestyle
  • Daerah
  • Indeks
Search
  • Rubrikasi
    • Nasional
    • Pemerintahan
    • Politik
    • Ekbis
    • Hukrim
    • Hankam
    • Lifestyle
    • Jawa Timur
Have an existing account? Sign In
© 2024 - Siginews.com
Headlines

Tantangan Kemajuan Industri Makanan Obat, Anak-Anak Gangguan Ginjal

Reporter : Redaksi Jumat, 26 Juli 2024
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra
SHARE

Jakarta – Di tengah perayaan Hari Anak Nasional, Ikatan Dokter Anak Indonsia menyalakan lonceng keras, tentang “persoalan besar” tentang anak anak yang datang ke fasilitas cuci darah, Bahwa 1 dari 5 anak mengalami ganguan ginjal.

Bahwa kita punya persoalan, di tengah kemajuan industri makanan, dan mudahnya mendapatkan makanan yang mengandung gula, lemak dan garam.

Kemudian, menariknya kemasan makanan, jangkauan yang mudah (melalui gawai, medsos, pesan makan online).

Yaitu banyaknya anak anak yang datang ke fasilitas cuci darah. Karena mengkonsumsi gula, garam, dan lemak tanpa kontrol. Data tersebut di ungkap Ikatan Dokter Anak Indonesia di perayaan Hari Anak Nasional. Bahwa 1 dari 5 anak mengalami gangguan ginjal.

Tentu saja hasil penelitian para dokter anak di seluruh Indonesia, menjadi peringatan keras buat kita semua.

Bahwa dengan perkembangan industri makanan, yang didukung perkembangan zat, kimia dan olahan makanan

Kemudian harga yang sangat murah, dan industri kemasan yang kekinian. Ternyata meninggalkan persoalan untuk anak anak kita, yang belum memahami komposisi gizi seimbang.

Ini juga tantangan besar, untuk lembaga pengawasan obat dan makanan kita, bagaimana menghadirkan uji lab makanan di tengah masyarakat, agar ada pengawasan.

Baca Juga:  KPAI Dorong Perhatian Khusus Bagi Anak 14 Tahun di Jakarta Selatan

Kita juga berharap program makan gratis, tidak hanya bicara makanan, bagaimana ada mekanisme sistem yang bisa melindungi, mengendalikan industri makanan kita, melalui program makan gratis ke depan, sosialisasi gejala ginjal pada anak, bagaimana pengawasan makanan dan uji lab makanan bisa hadir di tengah masyarakat.

Sebagai pencegahan dan deteksi dini, penting segera ada sosialisasi gejala sebelum terganggu ginjalnya dan cuci darah, kemudian konsumsi air putih yang perlu diperhatikan, mengurangi konsumsi zat pembuat manis, garam dan lemak.

Kita juga perlu membudayakan olahraga di keluarga, sekolah dan masyarakat, ditengah kurang bergeraknya anak karena gawai “perlu menggiatkan lagi olahraga dan budaya”

Di sisi lain, kita juga bicara perubahan iklim, yang mengubah perilaku anak, dan larinya banyak mengkonsumsi jajanan. Saya kira kemasan makanan sekarang “jadi barang mewah”, menjadi industri viral, dengan kemasan kemasan yang luar biasa menarik untuk anak.

Namun apakah disana ada uji lab dan pengawasan, Nah, ini PR (pekerjaan rumah) kita semua untuk memastikannya. Bagaimana memastikan lembaga BPOM juga memiliki jejaring kerja pengawasan obat dan makanan di tengah masyarakat, di lingkungan sekolah, lingkungan bermain anak.

Baca Juga:  Potret Kesenjangan Regulasi dan Realita Perlindungan Anak Indonesia

Kita juga harus memperhatikan pesan para dokter, Batasan konsumsi gula. Yang bila berlebihan, akan mempemgaruhi suasana hati mereka, yang berujung mudah cemas dan reaktif. Sehingga ujungnya bersikap agresif.

Yang menyebabkan anak tidak memiliki kecerdasan emosi, reaktif, berujung rentan, dan mudah mendapat perlakuan salah.

Begitu juga tren tantangan makan pedas dengan level yang beresiko menganggu pencernaan. Dan memicu makan lebih banyak.

Sehingga kita membayangkan aktifitas anak anak, yang lebih banyak di medsos, disrupsi informasi yang jarang bergerak. Dan dipicu reaksi konsumsi makanan berlebihan akibat reaksi rasa, seperti level pedas, asam, manis, asin yang melebihi batas normal.

Begitupun perilaku hidup konsumsi makanan berlebih tanpa bamyak bergerak, tak mengenal waktu makan, yang menyebabkan obesitas dan gizi tidak berimbang.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan dalam riset memetakan berbagai indikator kesehatan pada masyarakat, salah satunya adalah prevalensi obesitas yang meningkat.

Kita juga jangan lupa, negara kita masih berjuang menurunkan angka stunting yang tinggi.

Negara sendiri punya kebijakan UU Kesehatan tentang pengawasan dan upaya kesehatan masyarakat tentang pengendalian, pencegahan konsumsi berlebih gula, garam dan lemak.

Baca Juga:  Jalan Terjal Perlindungan Anak: Ancaman Serius Generasi Emas Indonesia

Kita juga bisa mendorong lembaga halal, untuk menjadi bagian pengawasan di masyarakat.

Agar di pastikan ada pengendalian, pembatasan dan pemgaturan produk kandungan zat makanan.

Sehingga kita penting mengejar ketertinggalan pemenuhan hak kesehatan. Dalam rangka mempersiapkan modal kesehatan yang tinggi untuk masa depan anak anak kita.

Kita juga menghadapi persoalan makanan berperasa. Yang menggunakan zat kimia. Seberapa jauh pengawasannya.

Kita juga menyayangkan ya. Industri candu juga menjadi industri yang seolah olah seperti makanan. Dengan menghadirkan zat perasa atau dengan berbagai rasa. Ini sangat berbahaya, karena kandungan sesungguhnya berdampak mengerikan.

Maka sejauh apa negara mau mengatur, mengendalikan, memberi sanksi. Karena tanpa ini kita akan gagal melindungi anak anak. Karena mereka tidak tahu bagaimana proses makanan sehat. Yang mereka tahu makanan itu viral, jajanan itu viral, makanan kekinian, dimakan oleh figur yang ia suka.

Sehingga ketegasan pemerintah dalam pemgawasan obat dan makaman perlu terus ditingkatkan.

 

Penulis :

Jasra Putra

Wakil Ketua KPAI

Komisi Perlindungan Anak Indonesia 

 

Tag :Anak gangguan ginjalHari anak nasionalJasra putrakomisi perlindungan anak IndonesiaKPAIOpini
Ad imageAd image

BERITA TERBARU

Meriahnya HUT RI di TPS,Upacara yang Unik Hingga Sirine Kapal Berbunyi
Senin, 18 Agustus 2025
Bukan Hadiah, Ini Alasan 34.820 Narapidana di Jawa Timur Dapat Remisi
Senin, 18 Agustus 2025
HUT ke-80 RI di Surabaya Penuh Khidmat, Paskibraka Fairuz Jadi Sorotan
Senin, 18 Agustus 2025
Francesco Bagnaia Ungkap Alasan Masalahnya di MotoGP Austria
Senin, 18 Agustus 2025
5 Camilan Sehat Ini Bikin Berat Badan Turun Tanpa Tersiksa
Senin, 18 Agustus 2025
Ad imageAd image

Berita Populer

Meriahnya HUT RI di TPS,Upacara yang Unik Hingga Sirine Kapal Berbunyi

Bukan Hadiah, Ini Alasan 34.820 Narapidana di Jawa Timur Dapat Remisi

HUT ke-80 RI di Surabaya Penuh Khidmat, Paskibraka Fairuz Jadi Sorotan

Francesco Bagnaia Ungkap Alasan Masalahnya di MotoGP Austria

5 Camilan Sehat Ini Bikin Berat Badan Turun Tanpa Tersiksa

Berita Menarik Lainnya:

Cak Sholeh juga rakyat Jawa timur untuk demo sebagai gerakan perlawanan dan gerakan menurunkan Khofifah dari Gubernur Jatim. (Foto : ss tiktok cak sholeh)

Demo Pati Bakal Menular ke Jatim, Cak Sholeh: Turunkan Khofifah

Minggu, 17 Agustus 2025
Pagelaran Sabang Merauke (foto: Andalas - Scene Andalas Bersatu)

Ratusan Penari Nusantara Siap Memukau di Pagelaran Sabang Merauke

Sabtu, 16 Agustus 2025

Pakar Desak Pemerintah Transparan Penggunaan Uang Sitaan Hasil Korupsi

Jumat, 15 Agustus 2025

Simak Inovasi 5 Profesor yang Baru Dikukuhkan ITS

Jumat, 15 Agustus 2025
Siginews.com

Siginews.com adalah media online yang berkomitmen untuk menyediakan informasi yang akurat, terpercaya, dan relevan untuk generasi Indonesia.

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Foto
  • Video
  • Indepth
  • Opini
  • Pilihan Redaksi

Ikuti Kami

Copyright 2024 – Siginews.com

Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?